Dibalik Pembakaran Permukiman Rohingya, Jurnalis BBC Temukan Banyak Kamuflase Fakta Mengejutkan

Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Desa Gaw Du Thar Ya di Myanmar yang dibakar hingga menjadi abu dan arang.

Dia menuduh militan ARSA menanam ranjau darat dan menghancurkan tiga jembatan.

Namun BBC kemudian mengidentifikasi perempuan yang sama di sebuah desa Hindu.

Saya bertanya apakah dia mengatakan bahwa semua desa yang terbakar yang berjumlah puluhan itu dihancurkan oleh militan. Dia menegaskan bahwa itulah posisi pemerintah.

Menanggapi sebuah pertanyaan tentang kekejaman militer, dia menepiskannya. "Mana buktinya?" tanyanya.

"Lihatlah perempuan-perempuan itu," yang dimaksudnya adalah perempuan pengungsi Rohingya: "Siapa yang membuat klaim ini - siapa memangnya yang mau memperkosa mereka?"

Sejumlah warga Muslim yang dapat kami temui di Maungdaw, kebanyakan terlalu takut untuk berbicara di depan kamera.

Saat bisa lolos dari para petugas yang menguntit, kami berhasil berbicara dengan beberapa orang yang mengatakan betapa beratnya hidup mereka: tidak diizinkan meninggalkan lingkungan mereka oleh pasukan keamanan, betapa mereka kekurangan pangan, dan betapa mereka dicekam ketakutan.

Seorang pemuda mengatakan bahwa mereka ingin melarikan diri ke Bangladesh, namun para pemimpin mereka telah menandatangani sebuah kesepakatan dengan pihak berwenang untuk tetap tinggal.

Di pasar Bengali yang sekarang sepi, saya bertanya kepada seorang pria apa yang dia takutkan. Pemerintah, katanya.

Tujuan utama perjalanan kami di luar Maungdaw adalah kota pesisir Alel Than Kyaw. Ini salah satu tempat yang diserang oleh militan ARSA pada 25 Agustus dini hari.

Saat kami mendekati kota itu, kami melalui desa demi desa, semuanya benar-benar kosong. Kami melihat kapal-kapal yang ditinggalkan, kambing dan sapi. Tidak ada orang.

Alel Than Kyaw telah diratakan ke tanah. Bahkan sebuah klinik, dengan plang yang menunjukkan bahwa klinik itu dikelola oleh badan amal Medecins Sans Frontieres (Dokter Lintas Batas), telah hancur.

Di sebelah utara, di kejauhan kami bisa melihat empat gulungan asap yang membumbung naik, dan terdengar semburan tembakan senjata otomatis. Ada desa-desa yang sedang dibumi-hanguskan, kami menduga.

Letnan Polisi Aung Kyaw Moe menjelaskan kepada kami bahwa dia sudah mendapat peringatan terlebih dahulu akan adanya serangan tersebut.

Dia lebih dulu membawa penduduk non-Muslim ke baraknya untuk dilindungi, dan kemudian pasukannya dturunkan menghadapi gerilyawan yang membawa senjata api, parang dan bahan peledak rakitan selama tiga jam sampai mereka dipukul mundur.

Halaman
1234

Berita Terkini