Hal ini ditunjang data dari Price waterhouse Coopers (PWC) yang mengungkapkan pada tahun 2050 ekonomi Indonesia akan menduduki peringkat ke-4 terbesar di dunia.
Sementara Mc Kinsey memprediksi tahun 2030 Indonesia merupakan negara dengan skala ekonomi terbesar ke enam di dunia.
"Banyak orang yang memberikan perspektif negatif yang mengakibatkan kita menjadi pesimis, oleh sebab itu saya ingin mengajak kita semua untuk terus optimis dengan kerja keras dan bersinergi serta do'a para Ulama semua karena masa depan Indonesia begitu cerah," pungkas Khofifah.
Ia mengimbuhkan bahwa pertemuan ini merupakan momentum penting untuk saling bertukar informasi mengenai perkembangan bangsa dan posisi dimana kita perlu waspada dan hati- hati.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan, bahwa Indonesia memiliki beragam dan kaya akan budaya dan hal ini akan menjadi kekuatan bangsa terbesar.
Akan tetapi, hal ini harus terus dikawal oleh semua pihak atau civil society dan bukan hanya pemerintah saja.
"Pertemuan kita siang hari ini menjadi inspirasi, agar semua juga perduli pada kebhinekaan Indonesia. Mari kita rapatkan barisan dan berikan nyawa kita jika ini menyangkut negara," tegas Ganjar.
Senada dengan Khofifah, pihaknya juga mengindikasi adanya pengaruh intoleransi dan radikalisme di sekolah-sekolah.
Bahkan, dirinya juga melakukan pengecekan langsung di sekolah-sekolah di bawah pengelolaan Pemprov Jateng. Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa terdapat 7 sekolah yang terindikasi adanya radikalisme.
"Terkait hal ini saya mulai membuat sistematika, siapa yang bisa menjelaskan ke anak-anak tentang nilai kesejarahan. Karenanya, peran ponpes sangat penting untuk ikut membangun nilai-nilai kebangsaan dan mengajarkan Hubbul Wathan Minal Iman pada mereka," pungkas Ganjar.
(Fatimatuz zahroh/Tribunjatim.com)