"Tentu pasti akan kita bantu dan kita subsidi. Namun semuanya harus dibicarakan dahulu bersama Gubernur," ucap Saiful Ilah.
Meski enam poin deklarasi sudah dibacakan oleh para pemilik pabrik tahu, masih ada sebagian dari mereka yang keberatan dengan bahan bakar alternatif pengganti sampah plastik.
Pasalnya, bahan bakar alternatif yang ditawarkan tersebut dirasa terlalu mahal serta sulit untuk mendapatkannya.
Seorang pemilik pabrik tahu pun mengungkapkan keluhannya saat ditemui wartawan TribunJatim.com.
Salah satu pemilik pabrik tahu di Kabupaten Sidoarjo ini bernama Gufron.
Gufron mengatakan, ia dan pemilik pabrik tahu lainnya hanya meminta bantuan pemerintah berupa ketel dengan bahan bakar berupa kayu bakar.
"Para pemilik pabrik tahu hanya meminta bantuan ketel saja. Karena ketel yang memakai kayu bakar harganya mahal sekitar Rp. 70 juta," ujar Gufron kepada TribunJatim.com, Selasa (26/11/2019).
Gufron merasa bahan bakar alternatif yang ditawarkan yaitu wood pellet dan gas (CNG) sangat mahal serta tidak mampu untuk memanaskan ketel.
"Yang paling mudah ya tentunya memakai kayu bakar karena kayu bakar mudah untuk didapatkan. Dan menurut saya, bahan bakar alternatif yang ditawarkan justru bukan solusi," terangnya.
• PT Eurokars Motor Indonesia Resmi Luncurkan All New Mazda CX-8 Hari Ini di Surabaya
Sementara, pemilik pabrik tahu lain yang bernama Lukman mengaku keberatan dengan deklarasi tersebut.
"Sebenarnya permintaan saya dengan teman teman lainnya sama yaitu meminta ketel dengan bahan bakar kayu bakar. Dan saya juga keberatan dengan bahan bakar alternatif yang ditawarkan karena lebih mahal," tambahnya.
Meski mengaku keberatan, dirinya menuruti teman teman sesama pemilik pabrik tahu.
"Lihat teman teman yang lain. Kalau teman teman beralih memakai bahan bakar alternatif tentunya mau tidak mau saya juga ikut memakainya," pungkasnya.
• Imbau Tenant Tak Gunakan Atribut Natal, Surat Edaran MOG Malang Malah Viral di Grup WhatsApp