TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Yoyok Mubarok, pengurus Kelompok Tani Ikan Mina Makmur, Desa Bendil Jati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengaku kebingungan.
Sebab banyak ikan patin yang waktunya panen, namun tidak ada pasar yang bisa menerima.
Ikan-ikan ini harus ditahan di dalam kolam sampai ada pembeli.
Padahal semakin hari biaya untuk pakan juga membengkak.
Tapi jika terus diberi makan, ikan-ikan ini juga semakin membesar dan jika lewat ukuran juga ditolak oleh pasar.
“Yang bisa kami lakukan hanya mengulur waktu saja sampai ada pasar yang buka,” ucap Yoyok kepada TribunJatim.com, saat ditemui di kolam ikannya.
Agar ukurannya tidak terus membesar, Yoyok hanya memberikan porsi makan satu per lima dari biasanya.
• MPM Honda Lelang Motor Modifikasi Edisi Spesial Persebaya untuk Lawan Corona, Dibuka 25 April 2020
• Mudik Lebaran 2020 Dilarang, Layanan Penerbangan Penumpang Bandara Juanda Mulai 23 April Dihentikan
• PDP Covid-19 di Bojonegoro Meninggal Dunia, Sempat Alami Perubahan Status
Diakuinya, selama pandemi virus Corona atau Covid-19, pasar ikan budisaya hancur.
Bukan hanya patin, tapi juga gurami, lele dan nila.
“Pasar yang ada saat ini tersisa 20-30 persen saja. Jadi sangat kecil, ada 70 persen produk yang tidak terserap,” sambung Yoyok.
Selama ini ikan patin asal Tulungagung dinilai pasar punya kualitas daging yang bagus.
Selain berwarna putih, dagingnya bebas dari bau lumpur.
Produk patin asal Kabupaten Tulungagung paling banyak untuk pasar Jakarta, Surabaya dan Malang.
“Di tingkat lokal sebenarnya ada perusahaan pengolahan, dengan produk daging fillet dibekukan. Tapi kapasitas cold storage mereka juga terbatas,” keluh Yoyok kepada TribunJatim.com.
Yoyok memahami kondisi ini, karena hampir semua rumah makan di semua kota masih tutup.