Laporan Wartawan TribunJatim.com, Danendra Kusuma
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso (Dindikbud) Bondowoso bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur telah merampungkan proses ekskavasi awal atau penggalian di Desa Alas Sumur, Pujer, Bondowoso.
Hasilnya, pada titik galian 2 di samping sumur lama, tim menemukan struktur batu bata merah kuno 9 lapis pada kedalaman 5 meter.
Temuan batu bata merah di titik penggalian 2 serupa dengan batu bata merah kuno yang ditemukan di sumur baru dan lama.
Struktur batu bata merah kuno itu punya kemiripan ukuran panjang 30 cm, lebar 17 cm, dan ketebalan 5 cm.
Selain itu, teknik pembuatannya juga sama, yakni dengan cara gosok atau kosot.
Artinya, struktur batu bata merah kuno yang ditemukan di sumur baru diduga membentang sampai sumur lama, panjangnya sekitar 20 meter.
Dari hasil geolistrik Tim Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, struktur batu bata merah itu diperkirakan tak terputus sampai sumur lama saja.
Baca juga: Tim BPCB Jawa Timur Temukan Batu Bata Merah Kuno pada Proses Ekskavasi Awal di Bondowoso
Melainkan berlanjut hingga kebun sengon dengan total panjang 48 cm. Sedangkan perkiraan area sebaran arkeologis di Desa Alas Sumur mencapai 2,2 hektare.
Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan Dindikbud Bondowoso, Heri Kusdaryanto mengatakan, struktur batu bata kuno merah itu diduga merupakan dinding pagar sebuah bangunan.
Bangunan yang dilindungi oleh dinding pagar hingga kini masih menjadi teka-teki. Sebab, perlu proses ekskavasi lanjutan untuk memastikannya.
"Struktur batu bata merah kuno tersebut diduga memanjang dan membentuk segi empat. Kemungkinan struktur ini bagian terluar dari bangunan entah itu taman petirtaan, tempat suci, atau permukiman, banyak kemungkinan," katanya kepada TribunJatim.com melalui sambungan telepon, Sabtu (19/12/2020).
Baca juga: Pengelola Gua Maria Pohsarang Kediri Akan Gelar Misa Natal Terbatas Hanya untuk Warga Sekitar
Heri Kusdaryanto menjelaskan, dalam naskah Kitab Negarakertagama, Raja keempat Majapahit, Hayam Wuruk pernah melakukan perjalanan ke ujung timur Pulau Jawa.
Pemimpin Majapahit pada 1350-1389 Masehi ini melakukan perjalanan dari Silobango, Jember menuju utara, yakni wilayah Dewarame, Dukun, dan Pakembangan.
Kemudian, raja yang membawa Majapahit berada di puncak kejayaan ini memutuskan bermalam di Pakembangan.