Berita Surabaya

Wanita di Surabaya Tewas dengan Luka di Leher, Ternyata Sudah 5 Kali Jadi Korban Kejahatan

Penulis: Luhur Pambudi
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ibu rumah tangga, Pasri (52), yang tewas dibunuh dengan kondisi leher tergorok nyaris putus di Surabaya

Tak hanya menghafal wajah. Roro Ayu menambahkan, korban menyadari di mana lokasi nongkrong para pelaku sebelum menjalankan aksinya.

"Dia cerita pelakunya sering nongkrong di depan gang. Dan di belakang gang," pungkasnya.

Hal senada juga diungkap tetangga sebelah kiri rumah korban, Cipto. Bahwa, beberapa tahun lalu, korban memang kerap menjadi sasaran kejahatan penjambretan.

"Walah, wong sampai tibo ngunu lho nag ngarep (sampai jatuh orangnya di depan)," ujar Cipto.

Sementara itu, Satreskrim Polrestabes Surabaya mengungkap temuan luka pada tubuh Pasri (52), 'emak-emak' dua anak, yang tewas dibunuh dengan kondisi leher tergorok nyaris putus, setengah telanjang, di rumahnya Jalan Simo Gunung Barat Tol Gang 2, No 67, Suko Manunggal, Surabaya, Kamis (2/2/2023) sore.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Mirzal Maulana menerangkan, pihaknya mendapati adanya luka sayatan pada bagian leher, dan luka lebam pada bagian mata korban.

Temuan tersebut didasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) termasuk visum luar terhadap kondisi korban di lokasi, yang dilakukan oleh Tim Inafis Polrestabes Surabaya dan Tim Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya.

Oleh karena adanya temuan tersebut. Jenazah korban dilakukan otopsi menyeluruh melibatkan Tim Medis Forensik.

"Didapatkan pada korban ada luka sayatan dan luka lebam pada mata korban, terhadap korban akan diotopsi dan akan dilakukan penyelidikan atas peristiwa ini," ujarnya saat dihubungi awak media di lokasi, Kamis (2/2/2023).

Mengenai kronologi oenemuab mayat ibu dua anak itu, pertama kali. Sang suami Suharsono (53) sepulang bekerja sebagai satpam perumahan dan ruko, merupakan sosok pertama kali yang mendapati kondisi sang istri, sekitar pukul 15.30 WIB.

Tak ada yang aneh dari luar rumah kontrakan tersebut saat pertama kali tiba sore hari itu.

Menurut pria berkemeja putih lengan pendekatan itu, pintu rumah berbahan triplek dalam keadaan tertutup seperti biasanya.

Ia sempat mengetuk pintu beberapa kali. Namun, tak kunjung ada jawaban.

Merasa ada yang aneh, Suharsono membuka perlahan pintu rumahnya berbahan triplek setinggi 3,4 meter itu

Ia tak melihat suasana rumah seperti biasanya. Sang istri duduk di ruang tamu rebahan menonton televisi, dan secangkir kopi hitam tersaji di atas meja.

Halaman
123

Berita Terkini