Melihat kamu diperlakukan dengan sangat baik oleh orang tua angkatmu, aku sebagai ibu kandungmu tidak dapat melakukan apa pun untukmu, aku merasa sangat menyesal.
Kembalilah ke keluargaku tetapi aku yakin kamu akan hidup baik dengan orang tua angkatmu.
Saat ini ayahmu di rumah sakit, aku harus merawatnya. Ketika kamu sembuh, bisakah kamu datang mengunjungi kami? Maukah kamu memanggilku ibu?"
Ketika bangun, Trieu Quan membaca surat ini hingga orang tua angkatnya menjelaskan keseluruhan cerita.
Dia menyadari bahwa dia ternyata adalah anak hilang, diadopsi pada usia muda tetapi tanpa ingatan.
Ketika dia pulih sepenuhnya, Trieu Quan memutuskan menemui orang tua kandungnya untuk bersatu kembali dengan mereka.
Kini ia tetap tinggal di Guangzhou bersama orang tua angkatnya, namun tetap berhubungan dengan orang tua kandungnya.
Baca juga: ART Pemalang Disiksa Majikan Gegara Celana Dalam, Disiram Air Panas & Dikurung di Kandang Anjing
Sementara itu di Trenggalek, pasangan suami istri Muhadi (72) dan Surti (65), bertemu kembali setelah 30 tahun.
Pertemuan terakhir mereka pada 1992 saat Muhadi pamit untuk pergi bekerja ke Malaysia.
Sempat saling kabar, keduanya lepas kontak sejak 2006.
Muhadi berpindah-pindah mencari kerja hingga ke Sumatera Utara.
Sementara Surti dan empat orang anaknya juga pindah tempat tinggal dari Desa Kesambi, Kecamatan Bandung, Tulungagung, ke Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Trenggalek.
Pertemuan Muhadi dan Surti menarik perhatian banyak warga pada Sabtu (28/6/2022) malam.
"Sudah lama aku ingin pulang," kata Muhadi.
Belasan tahun terakhir, Muhadi hidup tinggal di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Terakhir, ia tinggal di area perkebunan sawit di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo.
Desa tersebut berjarak 278 kilometer dari Medan atau 2.366 kilometer dari Trenggalek.
Pria yang kini sudah jadi kakek ini tinggal di gubuk berukuran sekitar 1 meter x 2 meter dan bekerja serabutan.
"(Aku) beli tiket dua kali. Gagal-gagal (pulang). Ditipu," jelas Muhadi.
Awal bekerja di Sumatera Utara, Muhadi sempat bekerja di perusahaan sebagai buruh dan beberapa kali kirim uang untuk istri dan anaknya.
Kabar terakhir yang ia sampaikan bahwa bencana Tsunami di Aceh tak berdampak baginya, dan disampaikan dua tahun setelah bencana atau tahun 2006.
Selepas itu, Muhadi dan keluarganya tak pernah kembali berhubungan.
Di sana, Muhadi hidup susah karena pekerjaan makin tak pasti.
"Aku makan saja kurang. Seumpama aku kerja satu hari, (untuk) aku makan satu hari saja kurang," ucap dia.
Keluarga di Jawa Timur sebenarnya juga tak tinggal diam.
Anak sulungnya, Ali Fattah, bahkan pernah berangkat ke Sumatera untuk mencari jejak ayahnya.
"Saya cari sampai ke Jambi. Tidak ketemu. Balik lagi karena kehabisan uang," terang Ali Fattah.
Anak lainnya pun sempat berencana kembali menyusul dan mencari sang bapak.
Tapi Ali Fattah melarang karena takut adiknya ikut hilang.
Setelah itu, berbagai kabar simpang siur soal Muhadi didengar oleh keluarganya.
Surti dan keempat anaknya sempat mendengar kabar bahwa Muhadi telah meninggal.
Mendengar kabar tersebut, mereka pun berusaha ikhlas dan menggelar Yasinan.
Dipertemukannya bapak dan keluarganya tersebut berawal dari media sosial.
Kabar soal keberadaan Muhadi yang ingin pulang ke Jatim sempat viral di Sumatera Utara.
Seorang warga yang tak sengaja bertemu dan mengobrol dengan Muhadi menyiarkan kabar tersebut ke berbagai penjuru.
Kabar itu pun kemudian didengar oleh personel Polres Labuhanbatu, Aiptu Haris Fadillah.
Hingga akhirnya Muhadi akhirnya bisa pulang ke keluarganya atas inisasi Polres Labuhanbatu dan Polres Trenggalek.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com