Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Pramita Kusumaningrum
TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Elpiji 3 kg di Kabupaten Ponorogo masih sulit.
Hal ini terungkap ketika rapat dengar pendapat (RDP) di DPRD Ponorogo, Senin (31/7/2023).
Komisi B DPRD Ponorogo melakukan RDP dengan PT Pertamina, Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Disperdagkum), Bagian Perekonomian Pemkab Ponorogo, Hiswana Migas Ponorogo, Polres Ponorogo, SPBE (Stasiun Pengisian Bulk Elpiji), Agen Elpiji, pangkalan elpiji, pelaku UMKM hingga emak-emak.
Dalam RDP itu terungkap bahwa emak-emak di bumi reog kesulitan mendapatkan Elpiji 3 Kg.
“Sudah 2 pekan tidak dapat. Ini masuk pekan ketiga gas elpiji 3 kg sulit didapatkan,” ujar perwakilan emak-emak, Titik Palupi, Senin sore.
Baca juga: Sempat Gagal, Jalan Mlilir-Janti di Ponorogo Bakal Diperbaiki 2023 ini, Telan Dana Segini
Dia menerangkan bahwa jika di RDP kali ini agen Pertamina mengaku jangan mengatakan bahwa elpiji 3 kg langka. Tetapi kenyataannya dia sendiri kesulitan mendapatkan barang bersubsidi itu.
“Kenyataan kejadian dua hari lalu saya masak nasi, 10 menit lagi masak itu mati, karna gak punya gas (elpiji 3 kg),” kata Palupi kepada Tribunjatim.com setelah RDP.
Dia menerangkan, bahwa saat itu sudah membeli pangkalan elpiji di dekat rumahnya. Di pangkalan elpiji dekat rumahnya mengaku sudah kosong 7 hingga 10 hati.
“Saya tanya, kenapa kosong. Katanya memang dibatasi dan belum dateng. Padahal, saya sudah setor fotokopi KTP dan KK. Beneran lo sudah saya setor tapi tetep gak dapat barang,” jelas Palupi.
Bisa jadi, kata dia, ada punic buying. Lantaran di masyarakat ada isu gas subsidi akan dicabut dan harus ganti ke elpiji non subsidi yang berwarna pink yang beratnya 5,5 kg
“Padhal kalau diitung-itung, 5.5 kg itu harganya Rp 115-120 ribu, kalau perkilonya, jadi Rp 18-23 ribu, itu bagi kami rakyat jelata mahal dan kami emak-emak perhitungan banget,” urai Palupi.
Baca juga: Satpol PP Ponorogo Gelar Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal dengan Wayang: Tontonan Favorit Warga
Menurutnya, jika PT Pertamina menyatakan tidak ada kelangkaan dia mengajak mereka untuk keliling ke lingkungan rumahnya yang ada di Perumda, Kelurahan Keniten, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo.
“Kalau memang katanya gak ada kelangkaan, ayo saya ajak berkeliling ke rumah saya, setengah hari saja tak carikan ke tetangga kami. Sudah 2 pelan lebih, minggu ketiga ini masih sulit,” bebernya.
Bahkan, dia harus menebus mahal elpiji 3 kg. Yang seharusnya sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 16 ribu per tabung, dia harus membeli Rp 23 per tabung.
“Dan harus kami beli karena butuh. Kami sebenarnya nurut regulasi, tapi kami harapkan ada kejelasan,kondisi kelangkaan saat ini seperti apa,” pungkasnya.