TRIBUNJATIM.COM, MADIUN – PAGI itu udara di lereng Gunung Wilis terasa begitu dingin menusuk tulang.
Lebatnya hutan pinus, suara gemericik aliran sungai diiringi kicauan burung sahut-menyahut menyambut pagi.
Sang surya pun mulai bangun dari peraduan, sinarnya menembus kabut, hangat, menjanjikan awal baru penuh kemenangan.
Suasana pedesaan yang damai, keindahan alam luar biasa bak kepingan surga, tercermin dari kehidupan masyarakat Desa Kare dan Desa Kepel, Kecamtan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, yang penuh kesederhanaan, kedamaian, dan keharmonisan.
Sepagi itu, sebagian warga tengah bersantap sepincuk nasi dari beras porang dengan bumbu pecel khas Madiun, ditemani secangkir kopi.
Namun pagi itu, masyarakat dikagetkan dengan suara derap langkah dan nyanyian lagu mars Tentara Nasional Indonesia (TNI) .
Dari kejauhan samar-samar terlihat ratusan pria berbadan tegap dengan sorot mata tajam, sikap penuh wibawa, beratribut lengkap memasuki desa.
Mereka adalah prajurit TNI dari tiga matra, angkatan darat (AD), angkatan laut( (AL), dan angkatan udara (AU) yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-117 Kodim 0803/Madiun, yang dikomandoi Letkol Inf Meina Helmi.
Semangat prajurit pagi itu kian berlipat, karena sang Komandan Satgas (Dansatgas) ikut serta di dalamnya.
Langkah-langkah mereka tetiba berhenti ketika sampai di Sungai Catur. Di atas sungai itu kini telah berdiri tiang-tiang besi, yang siap dibangun jembatan.
“Semua siap….!” teriak Letkol Inf Meina Helmi, yang juga menjabat Komandan Kodim (Dandim) 0803/Madiun ini.
“Siap Komandan!” balas mereka dengan kompak.
Seperti dikomando, para prajurit pun langsung berbaris berjajar, memindahkan bongkahan-bongkahan batu kali.
Sementara Letkol Helmi mendekat ke tiang-tiang pancang, sorot matanya tajam, memerhatikan setiap sudutnya, mencari jika ada kesalahan pemasangan.
Hembusan angin kembali bertiup pelan, menerpa pepohonan pinus, menghadirkan kesejukan.
Seketika lelaki itu mengembangkan senyuman.