Berita Surabaya

Kisah Dramatis Ojol Surabaya Disergap Komplotan Begal, Bergulat Lawan 6 Orang, Ponsel Raib: Selamat

Penulis: Luhur Pambudi
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkapan layar video CCTV merekam momen Saad Abdullah disergap oleh para pelaku komplotan begal bermodus mengaku polisi di Surabaya

Ditambah lagi yang bikin ngeri. Saad mengungkapkan, seorang pelaku berusia sekitar 50-an tahun, tampak memegang sebuah benda seperti pistol. 

Ia menduga, benda menyerupai pistol yang dibawa oleh salah satu pelaku tersebut, merupakan mainan atau alat korek pemantik api berbentuk pistol. 

"Orang sekitar 5-6 orang motor supra vario yang saya inget begitu. Plat nomer gak ada. Orangnya semua pakai masker. Mereka bilang ke saya; saya polisi, gitu. Mereka bawa benda kayak senjata, pistol korek api. Yang bawa benda kayak pistol satu orang. Orangnya udah bapak-bapak. Mungkin usia sekitar 50-an," jelasnya. 

Saad mengaku menyadari jikalau sejak awal gerombolan orang tak dikenal itu, bukanlah aparat kepolisian, dan tak lebih sebagai komplotan begal bermodus mengaku aparat, karena dua hal keanehan. 

Pertama, saat salah seorang pelaku mengeluarkan pistol. Ternyata pistol yang dibawa oleh pelaku tersebut, hanyalah benda korek pemantik api untuk perokok, yang bentuknya memang menyerupai pistol revolver. 

Kedua, saat dirinya dibawa ke lokasi sepi di dekat kampus tersebut, ia mendengar salah seorang pelaku bercakap-cakap lirih kepada pelaku lain agar berhati-hati saat merampas dan menunggu situasi jalanan sepi. 

Percakapan tersebut dianggap oleh Saad sebagai keanehan. Karena, jikalau memang Polisi sungguhan, maka tak perlu ragu dengan ramai tidaknya lokasi tempat tersebut. 

"Mereka bawa keplek (kartu pengenal) ada pistolnya juga. Tapi pistol korek api dan salah satunya ada yang bawa Sajam, bawa pisau. Pas dekat Unair, ada yang bilang; nunggu mobil lewat aja. Itu kan aneh katanya polisi kok takut," ungkapnya. 

Setelah bergulat dengan para pelaku komplotan begal tersebut. Kedua korban melapor kejadian yang dialaminya itu, ke markas kepolisian setempat. 

"Udah lapor ke Polsek Semampir. (Surat bukti laporan) Belum ada, sama Polsek Semampir saya disuru ke polsek nambangan (Kenjeran) karena beda kecamatan," jelasnya. 

Peristiwa tersebut diakui Saad membuatnya trauma. Selain itu, ia kehilangan ponsel satu-satunya yang dipakai untuk bekerja sebagai ojol. 

Sejak hari kejadian hingga sekarang dirinya belum dapat bekerja karena tidak lagi memiliki ponsel. Ia juga belum bisa membeli ponsel baru karena uang tabungannya belum cukup terkumpul. 

"Cuma gini aja sebarin (video CCTV), takut, dan agar gak ada korban lagi. Ojek online (pekerjaan). Saya sekarang belum bisa kerja buat beli HP aja susah. Mau beli lagi aja susah," pungkasnya. 

Berita Terkini