"Jadi kalau kami menanggapi hal ini, apa yang sudah kita bangun hampir 1 tahun di KPP saat ini sedang diuji.
Tapi ternyata Partai Nasdem itu tidak kuat ujian sekaligus calon kita tidak kuat ujian," kata Mugianto.
"Karena pastilah yang namanya kolaisi itu pasti sudah ada kesepakatan-kesepakatan tertulis. Dan sudah ada tim 8. Ada piagam yang sudah disepakati bersama.
Tapi nyatanya sekarang diputuskan sepihak dikhianati oleh seorang ketua umum partai politik," tegasnya.
Tentu hal ini akan menjadi hal yang mengecewakan banyak pihak terutama bagi Partai Demokrat hingga ke grassroot.
Sehingga hal ini akan menjadi catatan sejarah bahwa ada parpol yang mengingkari kesempatan bersama yang telah dibuat di KPP.
Bukan hanya masyarakat, tapi ditegaskan Mugianto, parpol lain juga akan mencatat. Ini jadi preseden buruk bagi sebuah parpol ketika tidak bisa dipegang komitmennya.
"Karena kami menyayangkan sikap seorang politisi plin plan. Bahwa ketua umum dan juga calon presiden yang kita sepakati bersama tidak memegang komitmen bersama. Publik akan menilai. Belum jadi sudah begini. Nanti setelah jadi gimana," tegasnya.
Mugianto menegaskan bahwa pihaknya akan menunggu instruksi dari DPP Partai Demokrat yang menggelar majelis tinggi partai. Apapun yang diputuskan ketum tetap kader di bawah akan tunduk dan patuh dengan ketum.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com
Berita tentang Pemilu 2024 lainnya