Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), A. Khoirul Umam yang tidak ikut dalam survei ini, "potensi kemenangan pasangan Anies-Imin agak problematik".
"Karena lemahnya elektabilitas Anies kurang terbantu oleh elektabilitas Cak Imin yang belum optimal," kata Khoirul.
Menurutnya, Anies dan Cak Imin juga jangan berharap banyak akan memperoleh suara dari pengikut Nahdlatul Ulama (NU).
"Karena selama satu tahun terakhir ini, PKB betul-betul menjual habis Prabowo ke para kiai sepuh dan simpul-simpul pesantren di semua jaringan Nahdliyyin [pengikut NU], sembari meyakinkan bahwa Prabowo tokoh pemersatu, dan kelompok Islam kanan-konservatif saat ini berada di kubu Anies Baswedan," kata Khoirul.
Baca juga: PDIP Masih Goda Muhaimin Iskandar, Sebut Tetap Buka Pintu Gabung di Koalisi Ganjar Pranowo
Dengan kata lain, menurut Khoirul, para pengikut NU "sudah terlanjur mendukung Prabowo", dan sekarang akan sulit untuk diyakinkan mendukung Anies.
"Artinya, langkah politik Anies agak berat untuk recover elektabilitas," katanya.
Menurut Aisah Putri Budiarti, peneliti dari Pusat Riset Politik BRIN, manuver politik ini justru "bisa mengisi kantong suara yang bolong" di kubu Anies Baswedan.
"Tapi, ini tergantung dari strategi politik yang akan digunakan keduanya," kata Puput, sapaan Aisah Putri Budiarti.
Puput mengatakan manuver politik Anies dan Cak Imin memiliki peluang 'start awal' dibandingkan Prabowo dan Ganjar yang belum menentukan pilihan cawapresnya.
"Paling tidak, mengumumkan bahwa Anies-Imin punya strategi politik. Programnya ABCDE, yang menjadi keunggulan mereka, sehingga orang lekat dengan duet dari kedua calon tadi," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com
Berita tentang Pemilu 2024 lainnya