TRIBUNJATIM.COM - Inilah hasil survei Capres 2024 dari Litbang Kompas periode Agustus 2023.
Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan merupakan tiga calon Presiden (Capres) terkuat dalam Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024).
Anies Baswedan baru-baru ini mendeklarasikan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai calon Wakil Presiden.
Pengamat menyoroti peluang suara di Jawa Timur saat Anies Baswedan gandeng Cak Imin.
Sementara Litbang Kompas periode Agustus 2023 menilai perubahan konfigurasi persaingan antarbakal calon presiden yang semakin kompetitif.
Beirkut rangkuman hasil survei Capres 2024 versi Litbang Kompas periode Agustus 2023
Baca juga: Curhat Annisa Pohan Pasca AHY Ditinggal Anies Baswedan, Sentil Komunikasi, ‘Meski Berdiri Sendirian’
Dengan pertanyaan survei bersifat terbuka (open ended question) yang memungkinkan setiap responden menyatakan sosok calon presiden pilihannya secara bebas, Ganjar Pranowo mampu meraih dukungan 24,9 persen.
Sementara Prabowo sebesar 24,6 persen, tidak terlalu berbeda dengan dukungan yang ia raih dalam periode survei sebelumnya (24,5 persen).
Keunggulan Ganjar kali ini semakin bersinar jika dilakukan simulasi pertanyaan tertutup, yang membatasi jumlah bakal capres.
Tampak konsisten, baik kompetisi 10 sosok, berlanjut pada 5 sosok, maupun terakhir persaingan di antara tiga sosok teratas, Ganjar unggul.
Keunggulan Ganjar atas Prabowo terbilang tipis dan jarak terbesar hanya terpaut kurang dari 3 persen.
Namun, kondisi menjadi berbalik tatkala simulasi head to head antara Ganjar dan Prabowo dilakukan.
Menggunakan metode seperti ini, Ganjar terkalahkan dari Prabowo.
Kali ini, Prabowo meraih 52,9 persen, mengungguli Ganjar yang hanya mampu meraih 47,1 persen dukungan.
Padahal, pada survei Januari 2023, Ganjar masih mampu meraih 56,7 persen.
Dengan demikian, sepanjang kurun waktu tersebut, Prabowo mampu menarik dukungan sangat signifikan, bukan hanya dari para pemilih yang sejak semula enggan memilih Ganjar, melainkan juga mereka yang sebelumnya terbilang memilih Ganjar.
Baca juga: Tuntaskan Dua Periode Sebagai Gubernur, Warga Jateng Tak Rela Ditinggal Sosok Ganjar Pranowo
Baca juga: Tegaskan Koalisi Prabowo Subianto Solid Pasca PKB Hengkang, PBB Yakin Tak Ada Parpol Ngambek
Terlepas dari dinamika persaingan yang semakin kompetitif, kenaikan suara dukungan pemilih pada Ganjar belakangan ini menarik dicermati.
Menjadi semakin menarik dikaitkan dengan tekanan politik yang sebelumnya dialami hingga menekan perluasan elektabilitasnya.
Semua bermula tatkala Ganjar turut menggaungkan penolakan terhadap kehadiran timnas sepak bola Israel di negeri ini dalam Piala Dunia U-20.
Ia mendukung sikap penolakan partainya, PDI-P, dengan argumen sejalan dengan amanat Bung Karno terkait dengan kemerdekaan Palestina.
Sontak sikap penolakan Ganjar memancing pandangan kontra sebagian masyarakat.
Kendatipun sikap penolakan yang sama juga disampaikan beberapa tokoh ataupun elemen masyarakat di negeri ini, Ganjar menjadi sasaran cemoohan mereka yang kontra terhadap penolakan.
Terlebih, dalam perjalanan selanjutnya, FIFA memutuskan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Sedemikian kuatnya reaksi terhadap penolakan Ganjar, hingga memengaruhi elektabilitas Ganjar yang selama ini berada di puncak persaingan calon presiden.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode Mei 2023, terbukti terjadi penurunan elektabilitas sekitar 3 persen dan tersisa 22,8 persen pendukung yang masih terbilang loyal.
Survei Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023 menunjukkan rebound atau peningkatan kembali elektabilitas Ganjar Pranowo.
Salah satunya ternyata disebabkan oleh pemilih pemula.
"Hasil survei menunjukkan bahwa kalangan inilah yang memang terbilang signifikan memberikan tambahan elektabilitas Ganjar, yang sebelumnya justru meninggalkan Ganjar.," tulis Litbang Kompas, dikutip dari Kompas.id, Senin (4/9/2023).
Baca juga: Sosok dan Rekam Jejak Karier Arsjad Rasjid, Ketua Tim Pemenangan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024
Gubernur Jawa Tengah itu sempat menduduki posisi teratas dalam peta elektabilitas calon presiden (capres) pada Januari 2023 di angka 25,3 persen.
Ketika itu, proporsi pemilih pemula yang mendukung Ganjar terdapat sebanyak 22,4 persen.
Kemudian, menurut survei pada Juni 2023, elektablitas Ganjar turun menjadi 22,8 persen. Proporsi pemilih pemula yang mendukung Ganjar juga turun menjadi 20,9 persen.
Pada saat yang sama, kalangan pemilih pemula menjadi lebih banyak terkonsentrasi pada Prabowo yang elektabilitasnya menyalip Ganjar pada survei edisi Juni 2023.
Survei Litbang Kompas: Perkembangan Elektabilitas Tiga Besar Bakal Calon Presiden Berdasarkan Pertanyaan Terbuka (Litbang Kompas/RFC/BES)
"Tidak kurang dari 25,5 persen dari total pemilih Prabowo merupakan pemilih pemula. Atau, dibandingkan dengan survei Januari 2023, Prabowo mengalami surplus pemilih pemula hingga sekitar empat persen," tulis Litbang Kompas.
Baca juga: Konsolidasi Akbar di Surabaya, PBB Bahas Pileg hingga Pemenangan Prabowo Subianto di Pilpres 2024
Kemudian, ketika elektabilitas Ganjar rebound ( kebangkitan )menjadi 24,9 persen dan kembali menduduki peringkat teratas pada survei edisi Agustus 2023, proporsi pemilih pemula pada dirinya sekitar 23,2 persen.
Sementara itu, proporsi pemilih pemula pada Prabowo pun surut menjadi 19,1 persen.
"Peningkatan elektabilitas Ganjar pada survei terakhir ini sekaligus mengonfirmasikan kembalinya dukungan para pemilih pemula kepada dirinya," tulis Litbang Kompas.
Survei melalui wawancara tatap muka ini dilakukan Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023 dan melibatkan 1.364 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi.
Metode ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen, serta margin of error penelitian lebih kurang 2,65 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Survei Litbang Kompas ini dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.
Itulah mengapa hasil survei kali ini yang menunjukkan Ganjar rebound mengundang pertanyaan besar, apa penyebabnya?
Penyebab kenaikan elektabilitas Ganjar
Mencermati gerak perubahan pemilih, tampaknya dinamika pilihan para pemilih pemula, mereka pada Pemilu 2024 baru pertama kalinya akan memilih, menjadi salah satu penyebab peningkatan elektabilitas Ganjar.
Dikatakan demikian lantaran hasil survei menunjukkan kalangan inilah yang memang terbilang signifikan memberikan tambahan elektabilitas Ganjar, yang sebelumnya justru meninggalkan Ganjar.
Pada survei Januari 2023, saat Ganjar masih memuncaki persaingan bakal capres, diketahui jika keberadaan para pemilih pemula terbilang signifikan dari total karakteristik pendukungnya.
Tidak kurang dari 22,4 persen dari total pendukung Ganjar merupakan pemilih pemula.
Proporsi pemilih pemula Ganjar menyusut tatkala ia menghadapi persoalan pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Proporsi dukungan pemilih pemula menjadi 20,9 persen.
Pada saat yang sama, kalangan pemilih pemula menjadi lebih banyak terkonsentrasi pada Prabowo. Tidak kurang dari 25,5 persen dari total pemilih Prabowo merupakan pemilih pemula.
Atau, dibandingkan dengan survei Januari 2023, Prabowo mengalami surplus pemilih pemula hingga sekitar 4 persen.
Peningkatan elektabilitas Ganjar pada survei terakhir ini sekaligus mengonfirmasikan kembalinya dukungan para pemilih pemula kepada dirinya. Saat ini, dari seluruh bagian pemilih Ganjar, tidak kurang dari 23,2 merupakan pemilih pemula. Sementara pemilih pemula pada Prabowo susut menjadi 19,1 persen.
Kembalinya para pemilih pemula sekaligus menempatkan kembali Ganjar sebagai bakal capres yang paling tinggi elektabilitasnya pada kalangan ini.
Dalam peta persaingan, kembalinya para pemilih pemula ini terbilang positif dan dapat dijadikan pijakan bagi Ganjar guna mempertahankan keunggulannya.
Dari segi jumlah, pemilih mula bisa jadi tidak terlalu signifikan besarnya dibandingkan dengan mereka yang sudah punya pengalaman dalam memilih pada pemilu. Merujuk pada Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2019, jika dikalkulasi, mereka yang berada pada rentang usia 17-21 tahun diperkirakan berada pada kisaran 10-12 persen.
Dengan proporsi sebesar itu, jika diasumsikan tidak akan banyak berubah proporsinya pada Pemilu 2024, suara pemilih mula tentu saja menjadi semakin penting.
Dalam kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kemenangan ataupun kekalahan bisa terjadi lantaran penguasaan faktor pemilih mula.
Pengamat soroti alasan Anies Baswedaan gandeng Cak Imin
Keputusan Anies Baswedan gandeng Cak Imin kini disorot Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi.
Didiga, penunjukan Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies Baswedan tak lepas dari besarnya suara PKB.
Menurut survei terbaru Litbang Kompas, PKB mengantongi elektabilitas 7,6 persen.
Angka tersebut menempatkan PKB di urutan ketiga partai dengan elektabilitas terbesar setelah PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, melampaui Partai Golkar dan Partai Demokrat.
Selain itu, pemilih PKB mayoritas datang dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang tersebar di Jawa Timur, wilayah yang belum dikuasai oleh Anies Baswedan.
Oleh karenanya, Ari menduga, dengan menggandeng Muhaimin Iskandar, Anies Baswedan berharap mampu menambal suaranya yang lemah di wilayah tersebut.
“Saya menganggap langkah Nasdem menggaet Cak Imin sebagai pendamping Anies tidak terlepas dari potensi suara tapal kuda di Jawa Timur dan basis-basis PKB di mana pun berada,” kata Ari kepada Kompas.com, Jumat (1/9/2023).
Selain itu, Ari menduga, Nasdem memanfaatkan situasi politik terkini.
Di mana Muhaimin Iskandar dan PKB merasa terancam karena Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) merapatkan barisan ke koalisi pendukung Prabowo Subianto.
Sebab, dengan bergabungnya Golkar dan PAN, peluang Cak Imin menjadi cawapres Prabowo semakin kecil, lantaran harus bersaing dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang disodorkan oleh PAN.
“Saya anggap sebagai spekulatif politik, Nasdem memanfaatkan betul suasana kebatinan Cak Imim dan PKB yang merasa terbuang usai Golkar dan PAN merapat serta menguatnya nama Erick Thohir sebagai cawapresnya Prabowo,” ujar pengajar Universitas Indonesia tersebut.
Sebagaian artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co
Berita tentang Pemilu 2024 lainnya