Dari sana, Jokowi bersama rombongan dijadwalkan makan siang di sebuah restoran di Renon, Kota Denpasar.
Selanjutnya, Jokowi juga dijadwalkan menghadiri Kongres World Hydropower di Bali Convention Center Nusa Dua (BNCC), Kabupaten Badung, Bali.
"Termasuk baliho ada gambarnya Pak Jokowi pun yang di baliho PSI, kita cabuti juga deket Bendega (Renon) tidak masalah itu, perintahnya begitu kita lakukan sesuai dengan apa yang disampaikan ke kita," kata dia.
Ia mengatakan penurunan atribut politik ini hanya untuk sementara dan akan dipasang kembali usai Jokowi dan rombongan meninggalkan lokasi kunker.
"Kita netral aja kaitan dengan atribut partai kita cabuti sementara. Kan mencabuti bukan merusak, baik-baik kita. Nanti setelah itu silahkan dipasang kembali kita. Enggak merusak kok. Karena itu kita melaksanakan tugas sesuai amanah saja, arahan saja," kata dia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap meninggalkan PDIP
Hal ini diungkap oleh politikus PDIP, Guntur Romli.
Ia mengaku kecewa dengan manuver yang dilakukan oleh Jokowi.
Sebab, PDIP merasa ditinggalkan oleh Jokowi.
Guntur Romli pun mengungkit pernyataan Jokowi terkait peluang Gibran menjadi calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.
Kala itu, Jokowi menyebut Giran tidak memiliki peluang maju sebagai cawapres karena masih berusia 35 tahun dan baru dua tahun menjabat sebagai wali kota Solo.
Baca juga: Presiden Jokowi Undang 3 Bacapres Makan Siang, Aktivis 98 Nilai Harus juga Mengundang Cawapres
Namun, realita berbicara sebaliknya.
Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan batas usia capres-cawapres, Gibran dideklarasikan sebagai cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendampingi Prabowo Subianto.
"Waktu itu Pak Jokowi bilang itu enggak masuk akal, baru dua tahun jadi wali kota kemudian dari umur enggak bisa, tapi akhirnya seperti itu," kata Guntur, dikutip dari Kompas TV, Minggu (29/10/2023).
Tak hanya itu, Guntur turut mengungkit pernyataan Gibran yang sempat mengaku akan patuh pada aturan PDIP.