TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pidato Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menyampaikan refleksi kebangsaan secara mendalam terhadap iklim demokrasi di Indonesia yang terancam menjelang Pemilu 2024 adalah cerminan kekhawatiran suara masyarakat.
Pidato Megawati itu dilangsungkan pada Minggu (12/11/2023), disiarkan langsung di kanal media sosial PDI Perjuangan.
“Publik kini risau pada iklim demokrasi di Tanah Air yang kian terancam dengan permainan hukum, pencopotan baliho lawan politik yang tidak berafiliasi dengan kekuasaan tertentu, kedatangan aparat di kantor partai, ancaman pada kebebasan pers, dan sebagainya. Nilai-nilai demokrasi yang terancam itu pula yang disuarakan Ibu Megawati, karena memang PDI Perjuangan selalu berpolitik dengan mata batin kondisi rakyat,” ujar anggota DPRD Jatim Deni Wicaksono.
Deni mengatakan, suara publik tecermin mulai dari perbincangan di media sosial, kampung-kampung, kampus, hingga warung-warung kopi. Deni juga mendapat banyak pertanyaan dari warga di daerah pemilihannya terkait berbagai kejanggalan dalam proses menuju Pemilu 2024.
“Ada yang menanyakan kenapa justru hakim konstitusi yang seharusnya menjadi benteng demokrasi malah mengubah aturan penuh konflik kepentingan. Ada pula yang menanyakan netralitas aparatur negara dalam pemilu,” papar alumnus Universitas Airlangga tersebut.
Baca juga: Reaksi eks Presiden Indonesia Terkait Putusan MKMK, Megawati Tegaskan Pemilu 2024 Tak Boleh Curang
Deni menuturkan, sebagai tokoh bangsa yang telah melewati berbagai lintasan zaman sejak era Orde Baru, Megawati tentu memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelami kehidupan bernegara.
Di era Orde Baru yang militeristik, semua kekuatan masyarakat sipil ditekan dengan alat negara. Korupsi dan nepotisme berbasis kekeluargaan marak terjadi. Megawati lantas memimpin dan menjadi simbol perlawanan rakyat yang mendambakan demokrasi.
“Nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan rakyat dan berbuah Reformasi 1998 jangan sampai kemudian hilang kembali. Ibu Megawati dan masyarakat mengkhawatirkan kembalinya cara-cara Orde Baru yang indikasi-indikasinya dirasakan belakangan ini,” papar Deni.