Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Galih Lintartika
TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Komitmen Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean A Pasuruan untuk memberantas peredaran rokok ilegal terus ditunjukkan.
KPPBC Tipe Madya Pabean A Pasuruan kembali menggagalkan upaya penjualan rokok ilegal atau tanpa cukai di wilayah Pasuruan Raya.
Tim Bea Cukai Pasuruan berhasil mengamankan sebuah mobil Isuzu Panther yang melintas di Jalan Tol Gempol - Pasuruan KM 777.
Di dalam mobil itu, tim bea cukai Pasuruan berhasil mengamankan 316.800 batang rokok yang dikemas dalam 12 merek rokok tanpa pita cukai.
Rokok-rokok tanpa dilekati pita cukai ini bernilai Rp. 401.504.000, dan membuat potensi kerugian keuangan negara sebanyak Rp 277.301.816.
Kepala Kantor Bea Cukai Pasuruan Hatta Wardhana mengatakan, penindakan ini berawal dari informasi masyarakat yang masuk ke bea cukai.
Baca juga: Pindah Partai, Tiga Politisi PPP Dijadwalkan PAW Hari ini di DPRD Pasuruan
Informasi itu, kemudian dikembangkan oleh unit intellijen dan menghasilkan penindakan. Dua orang diamankan, JIE, sopir dan keneknya RM.
“Dari hasil pemeriksaan lebih dalam, keduanya menerima rokok polos dari seseorang berinisial MZ di Pamekasan,” kata Hatta, sapaan akrabnya, Kamis (23/11/2023).
Disampaikan Hatta, kedua tersangka ini diminta MZ untuk mengirimkan rokok polos ke rekan MZ yang berinisial S di wilayah Situbondo.
Dari pengakuan kedua tersangka ini, kata Hatta, keduanya tidak pernah ketemu dengan MZ ataupun S. Sebab, selama ini mereka hanya bertemu dengan orang kepercayaannya.
Ditanya terkait kantor atau tempat produksi MZ dan S, kata Hatta, keduanya juga tidak mengetahuinya. Sebab, bongkar muat dilakukan tidak di gudang milik MZ atau S.
“Saya kira ini modus mereka mengelabuhi petugas. Jadi, pemuatan rokok ini berpindah dan itu juga berlaku saat pembongkaran, tidak di titik yang sama,” paparnya.
Baca juga: Mudahkan Evakuasi, Bangkai Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan Akan Dipotong-potong
Menurut pengakuan kedua tersangka, pengiriman rokok tanpa cukai ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali, dan mendapatkan upah Rp 250.000 setiap kali pengiriman.
Hatta menyebut, kedua tersangka ini mengetahui bahwa barang yang dikirimkan itu adalah barang ilegal. Sehingga, mereka tahu konsekuensi hukumnya.