Berita Jember

Ironi Petani di Jember Dilanda Kekeringan saat Musim Tanam, Andalkan Mesin Pompa untuk Pengairan

Penulis: Imam Nawawi
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani di Desa Sumberejo Ambulu Jember mengairi sawahnya yang tanahnya mulai retak-retak

"Kalau hujan turun dalam waktu dekat, kemungkinan petani tidak akan rugi. Tetapi kalau kekeringan masih panjang, pasti petani rugi besar, karena hasil penen tidak sepadan dengan biasa beli BBMnya," katanya.

Dia mengungkapkan hujan turun di Bumi Pandalungan daerah Selatan, pada pekan lalu. Itu pun hanya sebentar dan belum bisa menolong krisis air tanaman padi petani.

"Terakhir hujan itu satu minggu lalu, tapi yang cuma sebentar, tidak lama. Sehingga tetap saja kekeringan kayak gini," kata Ngateno.

Daman, Petani lain yang ditemui TribunJatim-Timur.com. dia mengaku harus rela antre sumur dengan petani lain, untuk pemanfaatan mesin pompa air.

"Soalnya tidak semua sumur disini, sumbernya kuat. Sehingga kami harus gantian sumurnya, dengan petani lainnya saat mengunakan deisel, karena tidak semua sumur, punya sumber air yang kuat," imbuhnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember Widodo Julianto mengatakan, hal tersebut akibat dampak dari El Nino. Sehingga membuat curah hujan di Bumi Pandalungan bersifat zonasi.

"Jadi hujannya masih spot-spot. Penjelasan BMKG, bahwa hal itu dampak dari El Nino yang diperkirakan akan berakhir hingga Februari 2024," ujarnya.

Menurutnya, intensitas hujan rata-rata masih berada di kawasan Alun-alun Kabupaten Jember, alias kawasan pusat perkotaan saja. Sementara di kecamatan lain masih kering.

"Selain tidak merata, hujannya juga masih sebentar. Seperti kemarin sore, hujan deras di kota. Saat itu di Kecamatan Ajung dan juga Mangli masih kering sekali," tutur Widodo

Berita Terkini