Soal pendatang baru, Nurbani menilai calon yang seringkali datang dengan membawa visi dan gagasan segar yang dianggap dapat membawa perubahan.
Nurbani menambahkan, untuk calon pendatang baru dinilai menjadi sosok yang ‘fresh’ karena membawa ide ataupun gagasan program kerja yang lebih inovatif dan solusi dari stagnasi politik lokal yang membuat masyarakat jenuh.
“Sebenarnya calon asli daerah maupun pendatang baru mereka harus mampu menunjukkan komitmen dan kompetensi yang nyata jika ingin memenangkan hati pemilih,” ujarnya.
Sedangkan terkait calon yang memiliki popularitas tinggi melawan putra daerah dan pendatang baru, menurut Pengamat Politik yang juga dari Universitas Muhammadiyah Malang, Prof Dr Wahyudi, popularitas saja tidak akan cukup di pilkada, karena harus ada elektabilitas di dalamnya.
Elektabilitas adalah tingkat keterpilihan seseorang. Sementara popularitas diartikan sebagai tingkat keterkenalan seorang calon.
“Saat ini sudah waktunya calon itu harus mengkapitalisasi kegiatannya. Untuk bisa itu, maka calon harus sudah menghitung cost politik bukan money politik. Tujuannya agar bisa mendongkrak kegiatan dan elektabilitas. Tanpa itu ya tidak bisa berjalan,” jelas Prof Dr Wahyudi.