"Sebenarnya tarifnya seikhlasnya, kadang ada yang nagasih Rp 45.000 sampai Rp 50.000," ucap Dini, Selasa (10/9/2024), melansir dari Kompas.com.
Dini mengatakan, berkas-berkas tanda tangan yang dibawanya itu bukanlah berkas yang amat penting.
Namun, berkas pendukung seperti berkas magang, beasiswa, hingga kartu studi.
Bahkan, Dini juga tidak menjamin bisa memintakan tanda tangan dosen di seluruh fakultas.
Biasanya, Dini hanya menerima pesanan tanda tangan di FK Unnes.
"Jadi orangnya sudah janjian dulu sama dosen. Lalu saya datang, pakai masker, dan minta tanda tangan langsung," tutur dia.
Dini mengaku, sudah memulai aktivitas anjem dan jastip sejak tahun 2022 lalu.
Salah satu pesanan unik lain yang berkesan baginya yaitu saat dimintai tolong untuk menjenguk pacar pelanggannya di kamar kos.
"Waktu itu ada yang minta anjem, tapi disuruh ke kos pacarnya. Disuruh lihatin pacarnya, karena yang ceweknya itu ngancem bunuh diri saat mereka berantem,” ucap Dini.
Baca juga: Mahasiswa Ditinju Paspampres usai Foto dengan Presiden Jokowi, Istana Membantah ada Pemukulan
Berbeda dengan layanan aplikasi online, Dini mematok harga jasa anjem bukan berdasarkan seberapa jauh jarak kilometernya.
Namun, tergantung sulit tidaknya medan yang akan dilewati.
"Kalau di sekitaran Unnes saja, cuma Rp 5.000, kalau ke Stasiun Tawang Rp 25.000, terus ke Simpang Lima Rp 21.000," ungkap Dini.
Mahasiswa semester akhir itu mengaku, paling ramai mendapat orderan ketika arus balik mahasiswa Unnes.
Dalam satu hari, Dini bisa bolak-balik dari Unnes ke Stasiun Poncol sebanyak 10 kali.
Menariknya, dari hasil anjem dan jastipnya itu Dini bisa meraup pendapatan sekitar Rp3 hingga 4 juta.