Penghargaan AKI, kata dia, merupakan bentuk pengakuan bagi para pelestari kesenian dan budaya yang selama ini berjuang dalam merawat kekayaan di Banyuwangi.
"Selamat kepada bu Temu Misti, bu Siami, dan pak Senari yang telah mengharumkan nama Banyuwangi. Kami sangat bangga dengan para maestro yang hingga saat ini masih menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Banyuwangi," kata Ipuk.
Pemkab Banyuwangi juga terus berupaya merawat berbagai kesenian dan kebudayaan yang ada di Banyuwangi agar tetap lestari.
Contohnya untuk Tari Gadrung, pemkab secara rutin tiap tahun menggelar pertunjukan tari kolosal Gandrung Sewu yang diikuti oleh lebih dari seribu penari usia pelajar.
Melalui event yang masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara (KEN) itu, banyak penari gandrung usia muda yang lahir.
Mereka bukan hanya merawat, tapi juga bangga mempelajari salah satu warisan budaya tak benda RI itu.
Pemkab juga berupaya untuk memunculkan penenun-penenun kain Wastra Using dengan berkolaborasi bersama sang Maestro.
Beberapa waktu lalu, Bupati Ipuk menemui Siami untuk menilik proses pembuatan tenun tradisional tersebut. Pemkab berencana akan menggelar pelatihan untuk penenun-penenun muda dan mengajak para desainer untuk mempopulerkan kain tenun buatan Siami.
Pemkab juga mengapresiasi upaya masyarakat suku Osing dalam merawat tradisi mocoan Lontar Yusuf. Tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi ini juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda sejak 2019.