Pertama, grand design pembangunan.
Kabupaten Sidoarjo punya rencana yang jelas. Pembangunan tidak hanya berpedoman pada rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), dan tidak hanya berdasarkan usulan-usulan.
”Grand design pembangunan ini menguatkan langkah-langkah strategis pembangunan. Agar program pembangunan tidak hanya menghabiskan anggaran APBD, tetapi memiliki tujuan besar yan jelas,” terang Subandi.
Kedua, Kabupaten Sidoarjo harus punya master plan smart city.
Perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan program dilakukan secara digital. Melibatkan masyarakat secara aktif. Pelayanan publik berbagai bidang menggunakan teknologi informasi berbasis digital. Mudah, transparan, dan akuntabel.
”Saya tidak mau lagi ada pengurusan izin yang lambat dengan alasan apapun. Dengan sistem digital, semua mudah dilacak. Mandeknya di mana, harus diselesaikan,” tambah Subandi.
Ketiga, menerapan sistem meritokrasi (merit sytem) dalam penataan birokrasi.
Subandi menyatakan, tidak ada lagi jual-beli jabatan atau titip-titipan pejabat. Birokrasi ditata berdasar kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Dia mengatakan, Kabupaten Sidoarjo punya banyak pejabat hebat. Mereka ditempatkan sesuai bidang keahliannya.
Pada kesempatan itu, Aliansi Pemuda Sidoarjo juga membacakan deklarasi untuk kemajuan Sidoarjo.
Isinya enam harapan para pemuda Sidoarjo. Di antaranya, penyediaan wadah bagi anak-anak muda untuk berperan aktif, perlindungan dari bahaya narkoba dan kekerasan, dan sebagainya.
Subandi tanpa keberatan langsung menandatanganinya.
Dia sangat menghargai keinginan dan harapan anak-anak muda itu untuk ikut membangun Sidoarjo yang lebih baik lagi.
Ditegaskannya, para pemuda pasti dilibatkan secara aktif dalam pembangunan. Ide-ide kreatif dan inovatif anak-anak muda sangat dibutuhkan bagi kemajuan Sidoarjo. Membangun Desa Menata Kota.