Berita Viral

Ngadu Nasib di IKN, Muhibah Dijanjikan Upah Rp175 Ribu Sehari Malah Dikorting, Kini Lemas Kena DBD

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nasib Muhibah pekerja Ibu Kota Nusantara terjangkit demam berdarah. Ia mengadu nasib di IKN demi upah menjanjikan malah kenyataannya tidak sesuai.

Pihaknya menjelaskan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Sepaku IKN lebih banyak menjangkiti para pekerja IKN dan terdampak bagi masyarakat lokal.

"Kalau selama ini kan memang rata-rata banyak pekerja dari IKN, karena sehubungan juga dengan pembangunan yang ada di IKN, otomatis pekerja ini rata-rata banyak dari luar daerah. Jadi di daerah IKN itu memang banyak perusahaan-perusahaan dan proyek mereka berobat ke rumah sakit Sepaku," ujarnya.

Baca juga: Sosok Sulastri TKW di Taiwan Jadi Tukang Isi Air, Gaji Fantastis, Kalahkan Utusan Khusus Presiden?

Dari presentase pasien DBD yang terawat pada RSUD Sepaku terlihat pekerja IKN lebih banyak jika dibandingkan masyarakat lokal.

"Kalau kita hitung-hitung kemarin perbandingannya itu 76 persen banding 24 persen, yang 24 persen itu masyarakat wilayah setempat, yang 76 persen itu pekerja IKN-nya. Artinya dari perusahaan atau pekerja yang ada di IKN," ucapnya.

Lebih lanjut, Muhammad Rumadi menjelaskan dari data pasien yang ada di RSUD Sepaku pada 2024 mengalami penurunan pada akhir Oktober.

Rata-rata yang terkena adalah para pekerja IKN yang dirawat di RSUD Sepaku dan relatif 3-5 hari dibutuhkan perawatan.

"Jadi yang ada di sini 93 orang di bulan Oktober ini mereka yang datang ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan. Nah, kalau dari bulan Januari itu memang ada itu 11 pasien, di Februari ada 5, Maret ada 1, di April itu ada 5 lagi, Mei itu ada 16, terus Juni itu terjadi peningkatan ada 40, di Juli itu ada 111 orang, Agustus ada 170, bulan September 113 dan Oktober ini 93 orang," paparnya.

Dari angka-angka itu, Muhammad Rumadi menilai terjadi peningkatan kasus di Agustus sekitar 170 orang yang terkena DBD.

"Namun di Oktober ini terjadi penurunan dari sebelumnya 170, sekarang 93 kasus DBD, itu memang ada dari masyarakat, juga ada dari pekerja yang ada di IKN," jelasnya.

Pasien DBD yang datang ke RSUD Sepaku tersebut pun melakukan beberapa tahapan, baik itu pengecekan kondisi suhu tubuh hingga pengecekan darah pada laboratorium.

Baca juga: Pantas Gaji TKW Sulastri Lebih Besar dari Gaji Utusan Khusus Presiden, Urus Ember Raksasa: Masyallah

"Kalau kita selama ini kita lihat dulu pasiennya, nanti dilakukan pemeriksaan laboratorium, kalau keadaan positif ya, misalnya dalam keadaan lemah ya kita rawat, kalu memang misalkan ada perlu penambahan darah atau gimana, otomatis bisanya kita rujuk, tapi selama ini ya kita tangani di sini saja di rumah sakit ini," ujarnya.

Muhammad Rumadi mengatakan, pasien yang positif DBD diperiksa dengan fasilitas laboratorium.

Ada alat pemeriksa juga yang namanya RTD Combo khusus untuk pemeriksaan DBD. 

"Di situ ada ns one dan penunjang IGM dan IGG-nya itu, jadi ada fungsi yang satu itu apabila panas atau demamnya di bawah 4 hari dia akan terbaca di ns one, kalau lebih dari 4 hari yang di IGM atau IGG itu akan terbaca positif, itu ada garis dua, kalau satu berarti negatif," sambungnya.

Ia menambahkan RSUD Sepaku belum memiliki fasilitas yang cukup atau masih banyak kekurangan, namun pihaknya tetap akan memisahkan para pasien yang yang dikategori dapat menular.

Halaman
1234

Berita Terkini