Diakui Supandi saat mendapat tawaran mengajar Bahasa Inggris awalnya ia menolaknya.
Ia merasa kemampuannya Bahasa Inggris-nya itu hanya standar.
Namun, akhirnya ia menerima tawaran itu setelah melihat kondisi murid 3 bulan tak ada pelajaran Bahasa Inggris di sekolah tempatnya mengajar itu.
“Saat itu awalnya ditolak (Pak Empan menolak), saya tidak S1, saya belum fasih, selama 3 bulan anak tidak belajar, saya kasihan juga," ungkap Empan.
"Daripada enggak ada bahasa inggris, bapak ngajar bahasa inggris," sambung Dedi Mulyadi.
Dalam perjuangannya menjadi guru honorer, ternyata kisah pilu Supandi juga hidup tanpa istri.
Diketahui Supandi diceraikan istrinya sejak 2015.
Perpisahannya dengan istrinya karena masalah ekonomi.
Baca juga: Nasib Guru Haryati Kini Dilaporkan ke Polisi, Orang Tua Siswa SD Tak Mau Damai, Pihak Yayasan Pasrah
Dengan gaji kurang Rp 200 ribu per bulan membuat sang istri tak bisa bertahan hidup dengan Supandi.
Meski begitu, setelah cerai dari istrinya Supandi tetap memiliki tanggung jawab mengurus dan menyekolahkan anaknya.
Mendengar kisah hidup guru honorer Supandi itu membuat Dedi Mulyadi terenyuh.
Banting tulang menafkahi anaknya, ternyata Supandi tak hanya mengandalkan penghasilannya yang tak seberapa dari mengajar sebagai guru honorer saja.
Ia juga memiliki pekerjaan sampingan dagang sayuran.
Adapun pekerjaannya dagang sayuran itu dia lakukan sepulang sekolah.
Selain dagang sayur, terkadang Supandi juga bekerja serabutan sebagai tukang pukul borongan.