Sejak tahun 1987, ia telah berjualan es dung di Jakarta.
Namun, pada tahun 2010, ia memutuskan kembali ke kampung halaman.
"Saya jualan es dung sejak tahun 1987 di Jakarta, karena anak-anak sudah besar saya pulang kampung dan jualan di sini," kenang Sukahar.
Pilihannya untuk melanjutkan usaha di desa tak disangka malah membawa berkah.
Dagangannya laku keras, hingga kini Ia memiliki empat gerobak es dung yang dijalankan bersama rekan-rekannya.
"Ternyata laku, kemudian anak-anak, teman-teman pada ikut jualan es dung," imbuhnya.
Baca juga: Solusi PLN Atas Tagihan Listrik Rp12,7 Juta ke Penjual Gorengan, Masruroh Kini Dibantu Pedagang Lain
Tentu, tidak selalu mudah berjualan es dung.
Musim hujan jadi tantangan tersendiri bagi Sukahar dan istri.
Saat hujan turun, dagangan biasanya tak habis terjual.
Namun Sukahar dan Ngatminatun tak pernah mengeluh.
"Saat musim kemarau sehari es dung bisa habis. Susahnya kalau hujan kan tidak habis, tapi tidak apa-apa bisa dijual lagi besok karena tidak mencair," katanya bijak.
Kini, setelah bertahun-tahun bekerja keras, doa mereka untuk menunaikan ibadah haji terkabul.
Manasik haji telah mereka jalani, dan tanggal 10 Mei nanti, pasangan ini akan terbang ke Tanah Suci.
Dengan hati penuh syukur, mereka berharap ibadahnya berjalan lancar dan pulang membawa gelar haji yang mabrur.
"Semoga menjadi haji dan hajah yang mambrur," doa Sukahar dan Ngatminatun.