Agus pun menceritakan perjuangannya berkali-kali mendatangi rumah-rumah warga untuk membujuk orang tua agar mengizinkan anaknya bersekolah.
Tidak jarang, ketika ada siswa yang tidak masuk saat ujian, ia akan menjemputnya sendiri.
Agus bahkan sampai membangunkan, menunggu hingga mandi, lalu membonceng siswa dengan motor ke sekolah.
"Ngajar di pelosok itu capek, tapi begitu lihat anak-anak semangat belajar, hati ini rasanya hangat. Capeknya hilang," kata Agus.
Baca juga: Kerja untuk TNI, Keluarga Korban Ledakan Amunisi Garut Tak Terima Adiknya Disebut sebagai Pemulung
Agus juga kerap mendoktrin anak-anak pedesaan agar tidak minder dengan kilauan kota.
Justru dari desa, Agus menyatakan, harapan tidak pernah sirna.
Perjuangan Agus pun menarik perhatian Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang mengunjunginya secara langsung ke rumah sang guru dan memberikan hadiah laptop.
Ipuk berharap laptop tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik.
"Terima kasih atas kunjungan Ipuk. Laptop ini akan saya manfaatkan untuk mengakses referensi, dan menjangkau dunia pendidikan yang lebih luas," tutur Agus.
Bupati Banyuwangi menuturkan, Agus adalah sebuah potret ketulusan.
Ia memuji Agus yang masih muda tetapi pengabdiannya luar biasa.
Karena setiap harinya, Agus harus terbiasa melintasi jalanan berbatu dan menanjak, menempuh medan sulit untuk satu tujuan, memastikan tidak ada anak desa yang putus sekolah hanya karena kendala biaya atau letak geografis.
"Di saat banyak orang seusianya mencari kenyamanan kerja, dia justru memilih tetap bertahan di daerah terpencil," ujar Ipuk.
Menurutnya, perjuangan Agus bukan hanya soal mengajar, tapi soal menyalakan harapan.
Guru muda tersebut adalah teladan yang patut diapresiasi atas dedikasinya dalam mengabdi.