Sebelum bertolak ke Tanah Suci pada Sabtu kemarin, Mbah Sumbuk terlebih dahulu masuk Asrama Haji Bekasi, Jumat (16/5/2025).
Rumah sederhana tempat Mbah Sumbuk tinggal sempat ramai dikunjungi keluarga dan tetangga.
Mereka berbondong-bondong datang ke rumah Mbah Sumbuk untuk mendoakannya. Mbah Sumbuk duduk tenang sambil ditemani putrinya, Sukmi.
Sukmi tampak telaten merawat dan menemani ibunya dalam setiap tahap persiapan menuju Tanah Suci.
Walau pendengarannya mulai memudar, Mbah Sumbuk sangat bersemangat untuk berangkat haji. Apalagi butuh waktu yang cukup lama bagi Mbah Sumbuk untuk menunaikan ibadah haji.
Meski di usia senja, semangat Nenek Sumbuk tak pernah pupus. Segala persiapan keberangkatan terus dimatangkan.
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) turut mendampingi proses akhir di rumah, termasuk pengecekan kesehatan dan kelengkapan dokumen.
Fasilitas pendukung seperti kursi roda dan pendampingan khusus pun telah disiapkan untuk menjamin kenyamanan Nenek Sumbuk sepanjang perjalanan.
Saat ditanya tentang doa yang akan dipanjatkan ketika di Tanah Suci, Nenek Sumbuk menjawab sederhana dalam bahasa Jawa.
Kalimat tersebut kemudian diterjemahkan oleh putrinya, Sukmi. "Doa saya agar haji ku diterima dan mabrur," ujar Sukmi saat ditemui di kediamannya di Bekasi, Rabu (14/5) lalu.
Sempat Halusinasi, Meracau dan Teriak di Pesawat
Mbah Sumbuk ternyata sempat berhalusinasi di dalam pesawat.
Namun hal itu tak berlangsung lama karena beberapa jam kemudian kondisi Mbah Sumbuk relatif stabil hingga dia bisa melanjutkan perjalanan menuju Makkah sesampainya di Bandara Jeddah.
Ketua Kloter JKS 33, Hilman Fauzi menyebut Mbah Sumbuk sempat berhalusinasi saat dalam perjalanan menuju Tanah Suci.
"Tadi drop, sebelum mendarat sempat drop. Malam itu sudah stabil, Sebelum berangkat dibawa ke RS, dapat 2 jam di RS, alhamdulilah bisa terbang.
Dan di pertengahan jalan sekitar 6 jam perjalanan itu ngedrop lagi tadi. Makanya tadi harus langsung dirujuk ke klinik," kata Ketua Kloter JKS 33, Hilman Fauzi saat diwawancarai Tim Media Center Haji termasuk Tribunnews sesaat setelah landing di Bandara Jeddah.
"Kondisi terakhir udah halusinasi. Sadar tapi halusinasi, sudah meracau. Sudah teriak-teriak gitu lah. Jadi diajak komunikasi pun enggak nyambung, teriak-teriak dia," kata Hilman.
Kloter JKS 33 Embarkasi Jakarta-Bekasi membawa sebanyak 434 jemaah dengan 8 petugas.
Baca juga: Tangis Nofrizal Nantikan Anak Pertama usai 10 Bulan Nikah, Istri Malah Tewas di Kebun, Hamil 6 Bulan
Khusus Mbah Sumbuk, dia didampingi anak, menantu dan cucunya serta seorang Tenaga Kesehatan Haji (TKH) bernama dr Murdiana.
Sukmi (56), salah satu anak yang mendampingi Mbah Sumbuk mengatakan ibunya itu mendaftar haji tahun 2019.
Sementara Sukmi sudah lebih dulu mendaftar yakni di tahun 2012. Sukmi beserta suami dan seorang anaknya mendampingi Mbah Sumbuk untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
"Saya, terus suami saya, anak saya," kata Sukmi.
Sukmi mengatakan ibunya, Mbah Sumbuk memiliki 10 orang anak. Namun kini anaknya tinggal 6 orang dan Sukmi adalah anak bungsu.
Itulah sebabnya Sukmi diminta sang ibu untuk mengurusnya sampai ajal menjemput.
"Suruh ngurusin sampai, kata dia (mbah Sumbuk), suruh ngurusin sampai meninggal. Jadi saya urusin," kata Sukmi.
Baca juga: Kesal Diganggu saat Pesta Miras, Pria ini Berbuat Nekat ke Istrinya, Lemari Ikut Dirusak
Sementara itu dr Murdiana, Tenaga Kesehatan Haji (TKH) yang mendampingi Mbah Sumbuk mengatakan kondisi Mbah Sumbuk sudah membaik.
"Kita sempet kasih oksigen, sempet melakukan tindakan tetapi alhamdulillah ibunya bersemangat untuk naik haji. Jadi pas beliau mau minum, mau makan, sudah bagus, bisa diajak bicara lagi," kata Dokter Murdiana.
Murdiana mengatakan Mbah Sumbuk nantinya akan didampingi TKH dan juga Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.
"Jadi memang dari KKHI Jeddah sudah kasih instruksi kepada kami untuk berkoordinasi dengan KKHI Makkah, jadi beliau tetap dalam pendampingan," jelasnya.
Bagaimana dengan hotel tempat Mbah Sumbuk menginap? "Bareng sama kami, karena kan biar dipantau khusus sama kami, jadi tinggalnya bersama," ujarnya.
Kisah Mbah Sumbuk bukan hanya tentang usia, tapi juga tentang semangat hidup, cinta keluarga, dan ketulusan niat ibadah. Perjalanan menuju Tanah Suci ini menjadi bukti bahwa usia bukan penghalang untuk beribadah, asal ada tekad dan cinta.
Semoga Mbah Sumbuk diberi kesehatan hingga puncak haji dan kembali ke tanah air dengan predikat haji mabrur—serta menemukan kue lemet yang dirindukannya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com