Berita Viral

12 Tahun Mbah Tasripan Tinggali Gubuk Padahal Punya Anak TNI, Kecewa Tak Diperhatikan: Enggak Ngerti

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KISAH MBAH TASRIPAN - Mbah Tasripan belasan tahun hidup di gubuk tak layak, terlantar oleh anak-anaknya. Padahal ada yang berpangkat TNI.

Begitu pula dengan sang anak, yang idap penyakit paru-paru.

Beberapa hari ia dan Hendra bertahan dalam kondisi kelaparan dan tanpa bantuan.

"Beberapa hari kami hanya minum air putih. Saya sudah tidak kuat," ucap Nardi lirih, Sabtu (26/4/2025).

Baca juga: Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, 1 Keluarga Terselamatkan Gaungan Toa Masjid saat Subuh

Ironisnya, meski memegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Nardi dan Hendra tidak pernah menerima bantuan beras atau bantuan sosial lainnya yang seharusnya menjadi hak mereka.

Bantuan rutin yang biasa diterima warga lain di desa tersebut seolah tak melewati rumah kecil mereka.

Hendra, yang juga tengah berjuang melawan penyakit paru-paru, mengaku tidak bisa bekerja tetap.

Selain karena kondisi fisiknya yang lemah, ia juga harus menjaga ayahnya yang tak mampu beraktivitas sendiri. 

Sesekali, saat tubuhnya mengizinkan, ia bekerja serabutan demi bisa membeli makanan.

Nardi (65) yang bertahan hidup di sebuah gubuk reyot berukuran 2 x 5 meter di Dusun Cisaar, Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, belum pernah tersentuh bantuan sosial apapun. Ia sudah tak kuat kelaparan karena tidak punya beras. (YouTube/Harapan Rakyat)

Kisah pilu mereka akhirnya terungkap setelah seorang warga yang peduli mengunggah video kondisi Nardi di media sosial, dilansir dari Tribun Jabar.

Video tersebut menjadi viral di kalangan warga setempat dan menggerakkan perangkat desa untuk turun tangan.

Keterkejutan juga mewarnai reaksi mereka, karena selama ini Nardi dan Hendra tidak tercatat aktif dalam daftar penerima bantuan rutin.

Pemerintah Desa Kertahayu mengakui adanya kekeliruan dalam pendataan,

Mereka pun berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program bantuan sosial di wilayah mereka.

Kisah Nardi dan Hendra menjadi cermin bahwa di balik laporan-laporan keberhasilan program sosial, masih ada pekerjaan rumah besar.

Seharusnya mereka memastikan tidak ada satu pun warga yang luput dari perhatian. 

Ketika sistem administrasi tidak berjalan sempurna, yang menjadi korban adalah mereka yang paling rentan, seperti Nardi dan Hendra, yang berjuang diam-diam dalam sunyi.

Berita Terkini