Ia juga menambahkan bumbu berbahan kacang.
Sekilas tampak seperti bumbu pecel namun bahan yang dibuat sangat berbeda.
Baca juga: Baru Pulang Jualan Bakso, Pria ini Kaget Tas Isi Rp 27 Juta Raib dari Plafon, Curhat ke Bos
Ada campuran rebusan ubi jalar dan kentang yang dihaluskan dan ditambah sedikit air.
Tambahan kerupuk puli menyempurnakan sajian panganan khas Suroboyo tersebut.
Selama sepekan, ibu empat anak ini membagi lokasi jualan.
Saat Sabtu dan Minggu, ia menjajakan olahan semanggi tersebut ke area Car Free Day Taman Bungkul Surabaya.
“Kalau dulu saya keliling kampung, kampung ke kampung. Sembarang tak lakoni (apa saja saya lakukan), punya toko, buruh pabrik, terakhir Semanggi,” ujarnya.
Setiap Senin, ia dan suami mengambil daun semanggi ke kampung semanggi daerah Benowo.
Lalu mengolahnya dengan cara dijemur sedikit layu, gunanya agar daun semanggi tidak terlalu keras dan berair.
Kemudian merebusnya sesuai kebutuhan harian.
Baca juga: Artis Dulunya Bangkrut dan Viral Dinikahi Pedagang Singkong, Kini Jualan Donat Rp130 Ribu Demi Cuan
Pilihannya kepada kuliner Semanggi atas dasar nasihat sang ibu.
Perempuan yang saat ini telah memiliki 10 cucu tersebut merasa saran dari sang mertua tersebut adalah jalan keluar dari permasalahan ekonomi yang sebelumnya kerap dihadapi.
Berangkat dari Tandes turun ke Wonokromo, menggendong wakul keranjang menggunakan selendang lalu keliling kampung.
Hingga akhirnya ia menemukan tempat berjualan.
“Dodolan Semanggi ae, soro nak tapi anak bojomu mangan, sangu sekolah anak wes cukup. Nurut omongan e wong tuo (berjualan Semanggi saja. Susah tapi anak suami makan, uang saku anak sekolah sudah cukup. Menurut nasihat orang tua). Kata ibu saya dulu begitu,” ujarnya.