TRIBUNJATIM.COM - Kisah pilu mewarnai insiden KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025).
Cerita haru muncul dari keluarga korban.
Di antaranya dari keluarga Muhammad Hawaludin (28), yang membawa dua keponakannya, Novan Hardiansyah dan Nurhafizah, untuk bertemu dengan ayah mereka yang bekerja di Bali.
Keluarga Hawaludin mengungkap video call terakhir korban dengan sang istri.
"Dua keponakannya mau liburan ke Bali ketemu bapaknya," ungkap Lasmiati, ibu Hawaludin, Kamis (3/7/2025).
Dalam perjalanan tersebut, Hawaludin sempat menghubungi istrinya, Lia Sinta Dewi, pada pukul 23.02 WIB.
Di saat yang sama, WhatsApp Hawaludin terakhir online pada pukul 23.08 WIB.
Dalam video call, ia melaporkan bahwa kapal yang ditumpanginya sedang menghadapi ombak besar di Selat Bali.
Istri Hawaludin berusaha memberikan semangat kepada suaminya, meskipun anak mereka yang berusia tiga tahun sempat menangis dan meminta ayahnya tidak pergi.
"Anaknya bilang, ayah jangan pergi, di sini saja sama aku," cerita Sulasmi, yang merupakan anggota keluarga lainnya.
Baca juga: Sopir Angkut Korban KMP Tunu Pratama Jaya Belum Setahun Nikah, Istri Hamil 5 Bulan Belum Ditemukan
Kekhawatiran semakin meningkat saat pada pagi hari Hawaludin tidak dapat dihubungi.
Lasmiati berinisiatif mendatangi pusat informasi di Pelabuhan Ketapang untuk mencari informasi lebih lanjut.
Ia merasa gusar ketika mendapati bahwa nama Hawaludin dan dua keponakannya tidak terdaftar dalam manifest kapal.
"Tadi ketemu yang punya travel, Pak Agus, bilang kalau sopir travel, Pak Aziz, mengangkut tiga penumpang, satu dewasa dan dua anak-anak dari Singojuruh," tuturnya.
Sementara itu, pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya yang terjadi pada Rabu malam terhambat oleh kondisi cuaca buruk.
Baca tanpa iklan