Arsitek yang kerab disapa Boegar ini menilai, Teras Cihampelas adalah struktur fisik yang dibangun di atas ruas jalan, tetapi juga merupakan merupakan simbol dari upaya mencari solusi atas kompleksitas ruang kota yang semakin padat.
"Oleh karena itu, pertanyaan mendasarnya bukan sekadar apakah fasilitas ini akan dibongkar atau dipertahankan, melainkan apakah keputusan itu lahir dari pertimbangan jangka panjang yang berlandaskan kebutuhan warga, bukan semata-mata narasi beautifikasi kota?," ungkap Boegar kepada Kompas.com, Jumat (4/7/2025).
Boegar mempertanyakan betapa penting konteks dan pertimbangan dahulu dibalik rencana pembangunan Teras Cihampelas.
"Apakah didasari oleh evaluasi yang objektif atas performa Teras Cihampelas sebagai ruang publik, ataukah hanya menjadi bagian dari agenda estetika kota yang ingin menghilangkan elemen-elemen yang dianggap tidak "Instagrammable"?," tanya Boegar.
Padahal, alam perencanaan kota yang berorientasi pada warga atau people-centered urbanism merupakan ukuran keberhasilan suatu infrastruktur bukan pada tampilan, melainkan pada kemampuan menjawab kebutuhan masyarakat seperti aksesibilitas, kenyamanan, keamanan, dan fungsi sosial.
Boegar berpendapat, Teras Cihampelas seharusnya dirancang sebagai upaya merelokasi dan merapikan PKL serta memberikan ruang pedestrian (pejalan kaki) lebih layak.
Namun dalam praktiknya, efektivitas ruang ini justru menimbulkan banyak pertanyaan.
"Apakah ruang ini benar-benar hidup? Apakah pedagang mendapatkan keuntungan dari relokasi ke atas? Atau kah justru terjadi alienasi ruang, di mana lokasi yang terpisah dari sirkulasi utama menghambat aktivitas ekonomi dan sosial?," sambungnya.
Jika kenyataannya fungsi tersebut tidak berjalan maksimal, maka perlu ada evaluasi menyeluruh, bukan sekadar pembongkaran yang bersifat reaktif.
Dilema dari sisi lingkungan dan lalu lintas
Dari sisi lingkungan dan lalu lintas, kehadiran Teras Cihampelas juga menimbulkan dilema.
Pada satu sisi, ruang publik ini mengurangi kepadatan trotoar dan memberikan ruang pejalan kaki tambahan.
Namun di sisi lain, struktur ini berpotensi menambah beban visual dan termal di kawasan yang sudah padat, sekaligus menimbulkan masalah drainase jika tidak dikelola dengan baik.
Sementara dari perspektif kemacetan, jika sistem sirkulasi pengunjung tidak terintegrasi dengan baik, maka justru menambah keruwetan lalu lintas di kawasan tersebut.
Artinya, dampak ekologis dan mobilitas tidak boleh diabaikan dalam analisis pembongkaran maupun pelestarian.