Rata-rata mereka hanya pesan kopi dan minuman, tidak ada yang pesan makanan berat.
"Sementara yang beli makanan jarang, karena yang paling banyak beli makan itu tamu yang mau berangkat ke Bali."
"Tapi sejak ditutup jalur, mereka sudah tidak mampir kesini sudah," tuturnya.
Oleh karena itu, Sulastri mengaku harus mengurai produksi makanan yang dijual, agar bisnis rumah makan ini tetap bisa bertahan di tengah penutupan Jalur Gumitir.
"Seperti ikan biasanya ambil 10 kilogram, sekarang mungkin ambil 2 kilogram, daripada tidak laku," ungkapnya.
Baca juga: Tempuh Ribuan Kilometer Jualan Bendera Agustusan, Petani Agus Sepi Pembeli
Selain itu, Sulastri mengaku terpaksa merumahkan dua karyawannya sejak dilakukan penutupan Jalur Gumitir.
Sebab ia tidak bisa memberikan upah terhadap mereka.
"Dulu ada dua pekerja, tetapi sekarang sudah diberhentikan agar istirahat dulu," ulasnya.
Sebatas informasi, penutupan Jalur Gumitir Jember tersebut karena ada perbaikan jalan di kilometer 233+500 atau tikungan Mbak Sengo.
Penutupan di sisi barat di lakukan di Pos Tanah Manis Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember.
Sementara dari sisi timur dilakukan di Pos Mrawan perbatasan Jember-Kalibaru Banyuwangi.
Proyek perbaikan jalan di Jalur Gumitir Jember, Jawa Timur, telah memasuki tahap pengeboran di hari ke-12 usai dilakukan penutupan pada 24 Juli 2025.
Pengeboran tanah tepi jurang di Jalur Gumitir dilakukan menggunakan dua unit alat bored pile dan excavator milik kontraktor pelaksana PT Rajendra Pratama Jaya.
"Sebanyak 18 titik yang telah selesai dilakukan pengeboran dan juga pengecoran," kata teknisi bored pile, Indra Wahyudi, Senin (4/8/2025).
Menurutnya, kontraktor pelaksana menargetkan personel Bored Pile, minimal menyelesaikan satu titik pengeboran dan pengecoran untuk satu alat berat.