“Selama ini MCC sangat mendukung ritme kerja kami. Banyak peluang kolaborasi tercipta di sini. Jadi kalau ada biaya, selama wajar dan dikelola secara sehat, saya anggap ini bentuk kemitraan. Artinya, sebagai pengguna kami juga ikut bertanggung jawab atas keberlangsungan MCC,” tambah Rizka.
Bagi Rizka, MCC bukan sekadar fasilitas, tetapi sudah berkembang menjadi sebuah ekosistem ekonomi kreatif yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan komunitas, brand lokal, hingga jejaring kreator muda.
“Dampaknya bukan cuma ke individu, tapi juga ke Kota Malang secara ekonomi dan kultural. MCC telah membuka banyak akses, mempertemukan talenta muda dengan peluang yang sebelumnya mungkin sulit didapat,” tegasnya.
Meski mendukung, Rizka tetap memberikan sejumlah catatan dan harapan ke depan. Ia meminta agar semangat inklusif tetap dipertahankan, dan kebijakan baru disosialisasikan secara jelas.
“Penting ada opsi subsidi atau dukungan bagi komunitas yang belum mapan secara finansial. Selain itu, MCC juga bisa memperkuat perannya sebagai katalisator, misalnya lewat program inkubasi, mentoring, hingga koneksi pasar lokal dan nasional,” tuturnya.
Ia menutup pernyataannya dengan harapan agar MCC terus menjadi ruang aman dan suportif untuk tumbuh, tanpa kehilangan esensi utamanya yakni mendorong kreativitas, kolaborasi, dan kemandirian anak muda di Kota Malang.