Seekor burung garuda raksasa dengan sayap yang terkembang berdiri di atas pilar motif bata.
Di bawahnya, terbentang sebuah spanduk bertuliskan 'Dirgahayu Indonesia Ke-80'.
Santoso berdiri di sampingnya sambil mengacungkan jempol.
Baca juga: Karta di Lumajang Gelar Merdeka Heppiii, Bangun Gapura hingga Bersih-bersih di Makam Pahlawan
Karya yang berhasil mencuri perhatian ini menjadi bukti dari sebuah kreativitas tanpa batas.
Proses pembuatannya pun terbilang sangat cepat.
Gapura sampah yang 'diarsiteki' oleh Santoso ini berhasil diselesaikan hanya dalam waktu satu minggu.
Kecepatan ini tentunya berkat semangat gotong royong dari seluruh warga.
Semua warga ikut membantu, mulai dari mengumpulkan sampah hingga ikut mengecat dan membangun.
Karena sebagian besar bahannya adalah limbah, biaya pembuatannya pun sangat murah.
"Kalau semua bahan beli mungkin habisnya bisa Rp 3 juta."
"Tapi karena kita memanfaatkan limbah, maka pengeluaran masih di bawah Rp 500 ribu," ungkapnya.
Bahan yang mereka beli dari luar hanyalah kawat untuk kerangka dan juga cat.
Gapura sampah tahun ini memiliki tema "Garuda Emas Wisnu Kencana".
Tema ini dipilih sebagai simbol untuk menyambut cita-cita Indonesia Emas 2045.
Selain untuk memeriahkan kemerdekaan, gapura ini juga membawa sebuah pesan edukasi.