Berita Viral

Nunggak Kontrakan Rp 800 Ribu, Khalid Miris Tunjangan Anggota DPR Naik: Tak Lihat ke Bawah

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TUNJANGAN DPR NAIK - Khalid (60), warga Kampung Tongkol, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, mengaku sangat kecewa mendengar kenaikan tunjangan anggota DPR sementara dirinya masih hidup serba pas-pasan.  Ia bahkan menunggak bayar kontarakan Rp 800 ribu.

Khalid yang hidup serba pas-pasan tak bisa menutupi kekecewaannya melihat kesenjangan antara kehidupan rakyat kecil dan para pejabat negara.

Ia menilai, besarnya tunjangan dan fasilitas anggota DPR tak sebanding dengan kondisi masyarakat menengah ke bawah yang masih berjuang demi menjaga dapur tetap mengepul.

Baca juga: Tunjangan Rp 100 Juta, Anggota DPR RI Urai Alasan Masak Mie Pakai Elpiji Melon 3Kg: Ya Memang Layak

Khalid menganggap, kenaikan tunjangan DPR adalah suatu ketidakadilan.

Bagi Khalid, ini seperti menggambarkan bahwa "orang-orang atas" tak pernah melihat ke "bawah".

"Kalau menurut saya kurang adil. Orang di atas enggak melihat ke bawah. Anggota DPR, MPR, pejabat semua sudah dijamin kesehatan, keluarganya semua, segala-galanya ada. Sedangkan orang kecil kayak saya, mau berobat saja mikir ongkos, apalagi sekarang listrik air makin mahal," keluhnya.

Meski pemerintah sudah menyediakan fasilitas kesehatan gratis melalui BPJS, bagi Khalid dan warga kecil lainnya persoalan tak hanya berhenti pada iuran.

Biaya transportasi hingga kebutuhan lain tetap harus dipikirkan.

"Walaupun ada BPJS gratis, tetap saja kalau jauh perlu ongkos. Dengan penghasilan sekarang, banyak kurangnya. Tapi ya saya syukuri saja, apa adanya kita nikmati sama keluarga," tutupnya pasrah.

Warga lainnya, Anis Wiranti, menganggap kesenjangan sangat terasa.

Sebab, banyak warga di Kampung Tongkol, termasuk dirinya, yang kehidupannya begitu berat.

Di kawasan padat penduduk itu, banyak keluarga harus bertahan dengan penghasilan pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Ibu rumah tangga ini tinggal bersama suaminya, Mudiono, serta dua anak mereka di rumah kontrakan kecil di sana.

Putri sulungnya, Novianti Ardianti, kini duduk di bangku kelas lima sekolah dasar, sementara sang adik, Muhamad Azrir, baru berusia enam tahun.

Sang suami bekerja sebagai sopir mobil boks kecil dengan penghasilan sekitar Rp 2,5 juta setiap bulan.

 Dengan harga sewa kontrakan Rp 1 juta per bulan, Anis harus bisa hidup sehemat mungkin supaya keluarganya bisa tetap makan dan punya tempat tinggal.

Halaman
123

Berita Terkini