Kisah Shinta Anak Petani Lulus Keperawatan di Jombang, Gapai Mimpi di Tengah Keterbatasan
Shinta Dwi Nur Andani, anak petani dari Desa Ngumpul, Nganjuk, berhasil menuntaskan pendidikan D3 Keperawatan di ITSKes ICME Jomban
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Samsul Arifin
Ringkasan Berita:
- Shinta Dwi Nur Andani, anak petani dari Desa Ngumpul, Nganjuk, berhasil menuntaskan pendidikan D3 Keperawatan di ITSKes ICME Jombang.
- Ia sempat menjalani berbagai pekerjaan seperti host live streaming, barista, dan relawan PMI.
- Shinta menekankan pentingnya tekad, lingkungan yang membangun, dan tujuan hidup sebagai bahan bakar untuk bertahan.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Puji Widodo
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Kisah Shinta Dwi Nur Andani mahasiswa keperawatan dari Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSKes) ICME Jombang, Jawa Timur lulus dengan membanggakan.
Di antara hamparan ladang brambang di Desa Ngumpul, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur tumbuh seorang gadis muda dengan tekad sekeras tanah tempat ayahnya menanam. Shinta lahir pada 31 Desember 2003.
Kini, ia dikenal bukan hanya sebagai mahasiswi keperawatan, tetapi juga sebagai simbol kegigihan anak petani dalam meraih mimpi.
Shinta adalah putri dari pasangan Mujianto dan Indah Sukarmi. Ayahnya bekerja sebagai petani brambang yang juga mengumpulkan plastik bekas dari rosokan demi tambahan penghasilan.
Sementara sang ibu kerap menjadi buruh tanam di ladang tetangga. Hidup sederhana tak membuat Shinta kecil kehilangan semangat justru di situlah ia belajar arti perjuangan.
Baca juga: Mahasiswa ITS Gagalkan Pencurian Motor di Parkiran Kos Surabaya, Sempat Ditonjok Pelaku
Sempat Merasa Jadi Beban
"Kami memang tidak punya apa-apa. Tapi saya tidak mau terus begitu. Saya ingin bisa bantu orang tua," ucap Shinta saat dikonfirmasi pada Selasa (4/11/2025).
Selepas lulus sekolah, Shinta sempat bekerja di pabrik sepatu PT Sukses Abadi Indonesia.
Mimpi kuliah sempat ia kubur dalam-dalam karena keterbatasan biaya. Hingga suatu hari, ibunya berkata kalimat sederhana yang menjadi titik balik hidupnya.
"Daripada kuliah tahun depan, mending kuliah sekarang. Tahun depan belum tentu ada niat. Uang bisa dicari," kata Shinta, menirukan nasihat ibunya.
Kalimat itu menyalakan kembali tekad yang sempat padam. Ia pun memberanikan diri mendaftar ke Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSKes) ICME Jombang, mengambil D3 Keperawatan jurusan yang dulu hanya menjadi impian sang ibu.
Memasuki dunia perkuliahan tak lantas membuat hidupnya lebih mudah. Sebaliknya, tantangan justru datang bertubi-tubi. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan membuat pembayaran kuliah sering tertunda.
"Saya sempat merasa jadi beban. Akhirnya saya memutuskan harus kerja," tuturnya.
Baca juga: Kisah Sukses Triani, Lulusan ITB yang Jualan Tas hingga Tembus Pasar Meksiko, 6 Kali Gagal Berbisnis
Sejak itu, liburan bukan lagi waktu bersantai. Shinta memilih mengisinya dengan bekerja. Ia pernah menjadi host live streaming di beberapa platform, mengikuti Diklat Korps Sukarelawan PMI Kabupaten Jombang (dan bahkan meraih Prestasi Terbaik 1 pada tahun 2022), hingga kini bekerja sebagai barista di Hyphen Coffee.
Baginya, tempat kerja bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi ruang belajar kehidupan.
"Di Hyphen Coffee, saya ketemu banyak orang baik. Mereka bantu saya tanpa pamrih. Rasanya kayak punya keluarga baru," ungkapnya.
Shinta terbiasa menjalani hari-hari melelahkan. Seusai praktik malam di rumah sakit hingga pukul setengah delapan pagi, ia tetap bekerja mulai pukul sepuluh tanpa sempat tidur. Namun, lelah tak pernah menghalangi tanggung jawabnya.
"Tujuan saya kuliah. Jadi kerja tetap sampingan, tapi saya harus tanggung jawab dengan keputusan yang saya pilih," katanya.
Bagi Shinta, mental dan lingkungan menjadi kunci utama untuk bertahan. Ia percaya, tempat yang keras justru melahirkan ketangguhan.
"Cari lingkungan yang bikin berkembang. Lebih baik keras tapi membangun daripada nyaman tapi diam di tempat," ungkapnya.
Tekanan hidup, menurutnya, bukan untuk dikeluhkan, melainkan dijadikan bahan bakar.
"Kerja itu capek. Tapi kalau tidak punya tujuan, pasti menyerah. Kita harus milih mau capek sekarang, atau lima tahun lagi?," imbuhnya.
Ia juga menitipkan pesan sederhana kepada anak muda seusianya. "Bertahan bukan berarti lemah. Itu proses kita belajar, mengamati, dan bangkit lebih kuat," pesannya.
Kini, Shinta tengah menuntaskan pendidikan keperawatannya. Ia terus mengasah diri, baik lewat kegiatan di PMI maupun pekerjaannya sebagai barista. Di matanya, profesi perawat bukan hanya soal kemampuan medis, tetapi juga soal empati dan ketulusan hati.
Kisah Shinta membuktikan bahwa mimpi besar tak mengenal latar belakang. Bahwa dari ladang brambang yang panas dan berdebu, seorang anak petani bisa menjemput masa depan di dunia kesehatan dengan tekad dan kerja keras.
"Uang bisa dicari, tapi tekad harus dijaga," pungkasnya.
anak petani
berita jombang hari ini
ITSKes
ICME Jombang
TribunHis
keperawatan
meaningful
TribunJatim.com
Tribun Jatim
jatim.tribunnews.com
| Pamit Tanam Padi, Warga Kedamean Gresik Ditemukan Tewas di Sawah |
|
|---|
| Sukses Bawa Arema FC Kalahkan Semen Padang, Marcos Santos Jawab Keraguan Aremania |
|
|---|
| Gubernur Khofifah Bersama Kaka Slank Nandur Mangrove di Bangkalan, Ajak Jaga Alam dan Lingkungan |
|
|---|
| Penghasilan Melda Safitri Pasca Dicerai Suami PPPK Tembus Rp233 Juta, Live Jual Baju Dapat Rp93 Juta |
|
|---|
| Jadwal KA Tambahan KAI Daop 8 Surabaya November 2025, Ada Rute ke Malang, Yogyakarta, dan Gambir |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Shinta-Dwi-Nur-Andani-dan-kedua-orangtuanya-saat-berfoto-usai-lulus-kuliah-D3-Itskes-Jombang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.