Berita Viral
Warga Keluhkan Beras SPHP Sulit Dimasak, Takut Ada Bahan Kimia Berbahaya, Bulog: Aman Dikonsumsi
Warga menyebut beras SPHP yang beredar ini tidak menyatu saat dimasak, berbeda dengan beras lokal pada umumnya.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Beredarnya beras yang sulit dimasak dikeluhkan sejumlah warga Desa Taccorong, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Diketahui, beras tersebut merupakan beras impor dari program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dikelola Perum Bulog.
Keluhan tersebut salah satunya diungkapkan pengusaha kuliner di Taccorong, Amar Ma'ruf.
Baca juga: Jualan Kopi Murah Rp500, Pasutri Tak Masalah Cuma Dapat Untung Rp30 Ribu Sehari: Sama-sama Menikmati
Warga Gantarang ini mengatakan, beras tersebut tidak menyatu saat dimasak, berbeda dengan beras lokal pada umumnya.
Beras yang ditemukan warga merupakan beras SPHP impor.
"Baru kali ini saya temukan beras yang sulit menyatu saat dimasak," kata Amar, Jumat (19/9/2025).
"Saya sudah berusia 50 tahun dan sejak kecil diajarkan memasak oleh ibu saya, tapi baru kali ini mengalami hal seperti ini," tambah dia.
Ia meminta agar Bulog dan instansi terkait segera meneliti kandungan dalam beras tersebut.
"Tolong Bulog, jelaskan soal ini agar masyarakat tidak bingung," kata Amar Ma'ruf.
Menurutnya, jika terbukti mengandung bahan kimia berbahaya, beras tersebut sebaiknya segera ditarik dari peredaran.
"Kalau memang ada kandungan lain di dalamnya, jangan sampai beredar di Bulukumba atau daerah lain karena bisa merusak kesehatan," ujarnya, dikutip dari Tribun Timur.
Di Bulukumba, sebagai salah satu daerah penghasil beras, distribusi SPHP turut dijalankan oleh Bulog untuk memastikan keterjangkauan pangan bagi warga.
Bulog Bulukumba pun menanggapi keluhan warga terkait beras impor asal Vietnam yang beredar di wilayah Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Bulog memastikan beras tersebut layak dikonsumsi.
"Beras itu layak dikonsumsi, dan beras ini jenisnya beras pera," kata Kepala Bulog Bulukumba, Faisal Armin, Senin (22/9/2025).

Menanggapi hal itu, Kepala Bulog Cabang Bulukumba, Faisal Armin menyatakan, pihaknya akan memeriksa laporan tersebut lebih lanjut.
"Saya akan cek dulu jenis berasnya. Memang ada jenis beras yang sifatnya pera, tidak pulen seperti beras lokal, apalagi yang baru dipanen," kata Faisal.
Ia juga menyebut tengah berkoordinasi dengan tim di Bulog Bulukumba untuk melakukan penelusuran.
Diketahui, beras pera beredar di Bulukumba melalui distributor resmi dan pasar pangan murah.
Saat ini, Kanwil Bulog Sulsel kembali melakukan pengujian terhadap beras tersebut.
Ia menjelaskan, beras tersebut berasal dari Vietnam dan telah melalui uji laboratorium sebelum beredar di Bulukumba dan daerah lain di Indonesia.
Mantan Kepala Bulog Soppeng ini menegaskan, beras pera memiliki karakteristik berbeda dari beras pulen.
Saat ini, Polres Bulukumba juga tengah meneliti beras tersebut.
Anggota kepolisian telah mengambil sampel dari warga.
Baca juga: Kepsek Dicopot Dindik usai Didemo Siswa SMAN 1 Kampak, Pungli Rp500 Ribu Berkedok Iuran Sukarela PIP
Program SPHP merupakan salah satu upaya pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras di pasaran.
Beras SPHP berasal dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan didistribusikan ke masyarakat melalui pasar tradisional, ritel modern, serta outlet Bulog, dengan kualitas yang setara beras medium.
Beras SPHP ini tersedia dalam bentuk curah maupun kemasan, umumnya lima kilogram.
Beras SPHP ini bertujuan menjaga daya beli masyarakat serta mencegah lonjakan harga beras.

Sementara itu, beras pera menghasilkan nasi dengan tekstur kering, tidak lengket, dan cenderung terpisah.
Kandungan amilosa tinggi (lebih dari 25 persen) dan amilopektin rendah membuat nasi tidak lembek.
Beras ini cocok untuk masakan seperti nasi goreng, lontong, dan ketupat karena teksturnya tidak mudah menggumpal.
Tekstur nasi kering, tidak lembek.
Butiran nasi terpisah dan tidak lengket.
Kandungan amilosa tinggi.
Kandungan amilopektin rendah.
Kegunaan beras pera:
Cocok untuk nasi goreng dan beberapa jenis nasi uduk.
Digunakan untuk lontong dan ketupat.
Baca juga: Laporan Gadis 18 Tahun Jadi Korban Pemerkosaan Mandeg di Tangan Polisi, Dituduh Suka Sama Suka
Sebelumnya, seorang ibu rumah tangga bernama Kasma di Desa Salletto, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, kaget didatangi Bulog hingga polisi.
Hal itu setelah curhatannya soal memasak beras hasilnya bisa memantul seperti bola, viral di media sosial.
Kasma mencurigai bahwa beras yang dimasak palsu lantaran elastis.
Ia mengatakan, beras yang dimasak adalah beras subsidi atau program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Saya heran kenapa bisa begitu," ujar Kasma saat ditemui di rumahnya, Rabu (17/9/2025), dikutip dari Tribun Sulbar.
Dia mengaku, beras yang dia masak sama seperti yang dia lihat viral di TikTok soal ciri-ciri beras oplosan.
"Persis. Makanya saya unggah ke Facebook," ucapnya.
Unggahan tersebut langsung ramai diperbincangkan netizen.
Netizen menduga adanya beras oplosan di Mamuju.

Setelah unggahannya viral, Kasma didatangi Bulog Mamuju, Dinas Ketahanan Pangan, dan Polda Sulbar.
Ia diminta membaca pernyataan klarifikasi, namun memilih menyampaikan sesuai pengalamannya.
"Beras yang saya masak sejak tiga hari lalu masih belum basi. Katanya memang ketahanannya sampai lima hari."
"Saya minta maaf kalau unggahan saya bikin gaduh," kata Kasma.
Asisten Manager Akuntansi Bulog Mamuju, Aryono Azis, memastikan beras yang beredar bukanlah beras oplosan atau beras plastik.
"Beras SPHP yang disalurkan memang beras impor dari Vietnam, Myanmar, Pakistan, dan Thailand."
"Spesifikasinya lebih keras, air yang dibutuhkan saat dimasak juga lebih banyak dibanding beras lokal," jelas Aryono.
Baca juga: Gesit Pria Gondol Uang Rp50 Juta dari Dalam Jok Motor, Aksi Pelaku Terekam CCTV Kurang Semenit
Ia menambahkan, tekstur beras impor tersebut membuat nasi terasa lebih kenyal dan bisa memantul ketika ditekan.
"Itu karena kadar amilosa tinggi. Jadi bukan oplosan. Rasanya memang agak hambar, tapi semuanya aman dikonsumsi," katanya.
Menurut Bulog, total beras impor masuk ke Sulbar tidak sampai 1.000 ton.
Seluruh beras telah melalui uji kelayakan dan digunakan untuk program stabilisasi harga pangan.
"Tidak ada sama sekali beras plastik. Semua beras murni dari petani, baik lokal maupun impor."
"Ini hanya persoalan tekstur dan cara memasak," tambah Aryono.
Desa Taccorong
Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba
beras SPHP
Faisal Armin
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Jualan Kopi Murah Rp500, Pasutri Tak Masalah Cuma Dapat Untung Rp30 Ribu Sehari: Sama-sama Menikmati |
![]() |
---|
Fakta-fakta Viral Menu MBG Isi Kacang Rebus dan Roti, Siswa Pernah Dapat Salak Busuk |
![]() |
---|
Kisah Ridho Terpaksa Berhenti Kuliah karena Tak Punya Biaya, Kerja Paruh Waktu Tak Bisa Mencukupi |
![]() |
---|
Sosok Ida Yulidina, Istri Menkeu Purbaya Pernah Jadi Model Majalah, Gaya Hidupnya Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Apa Itu Nepo Baby? Disorot Mendagri Tito Karnavian saat Bahas Gaya Hidup Pejabat: Jangan Flexing |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.