Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Guru Rabiyati Ikhlas Gantikan Para Guru PNS Digaji Negara Tapi Ogah Ngajar, Jika Hujan Listrik Mati

Pengorbanan Guru Rabiyati demi masa depan anak bangsa di daerah terpencil patut diapresiasi. Rabiyati menceritakan perjuangannya.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com/Manda Firmansyah
PENGORBANAN GURU - SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada Senin (29/9/2025). Guru Rabiyati menjadi satu-satunya guru di sekolah tersebut yang terpaksa. 

TRIBUNJATIM.COM - Guru Rabiyati harus diberi apresiasi setinggi-tingginya karena berkorban demi masa depan anak bangsa.

Rabiyati menceritakan pengalaman sekaligus perjuangan hidup yang tiada henti.

Rabiyati memang punya panggilan mengajar, tetapi perjalanan hidupnya kerap berhadapan dengan konflik batin.

Masalahnya bukan pada profesi, melainkan lokasi kerja, sebuah sekolah di pelosok Kalimantan Tengah yang jauh dan sulit dijangkau.

Sejak 2021, Rabiyati ditempatkan di SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, Desa Barunang, wilayah terdepan terluar dan tertinggal (3T).

Dari awal, ia sebenarnya sudah keberatan.

"Aku sebagai Plt, karena ada mereka, PNS terdahulu yang tidak mau ditempatkan di sini. Cuma aku satu-satunya," katanya, Senin (29/9/2025).

"Aku sudah minta ke dinas (pendidikan untuk mengirim) banyak itu guru penggerak, terus orang-orang yang benar-benar kompeten, tapi enggak ada yang mau," imbuhnya.

Beban itu semakin berat karena ia harus berpisah dari suami yang tinggal di Pujon, desa tetangga Barunang.

Jaraknya hanya 25 kilometer, tapi kondisi jalan membuat perjalanan bisa memakan waktu berjam-jam.

Baca juga: Warga Muak Sampah di Kali Penuh Padahal Sudah Dibersihkan, Bangkai Hewan Sering Dihanyutkan

Di tengah keterbatasan, Rabiyati juga harus mengajar sambil mengasuh anak perempuannya yang ikut tinggal bersamanya.

"Hanya ada beberapa orang saja yang benar-benar mau di tempatkan di sini, seperti titipan kan ya," ucapnya.

Kini ada 14 guru di SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, sebagian besar sudah berstatus PPPK, meski belum menerima SK. Namun, tak semua sanggup bertahan.

"Waktu dulu ada guru bahasa Inggris PPPK yang enggak mau ke sini," kisah Rabiyati.

"Entah gimana caranya bisa keluar dari sini padahal sudah PPPK. Kan syaratnya PPPK enggak boleh keluar ya. Pindah sama dengan mengundurkan diri, tapi ternyata bisa aja," lanjutnya.

SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada Senin (29/9/2025)
SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada Senin (29/9/2025) ((Kompas.com/Manda Firmansyah))

Tantangan lain datang dari fasilitas sekolah.

Sebelum memiliki bangunan pada 2018, SMP Negeri 4 sempat menumpang di kantor desa.

Hingga kini, listrik masih bergantung pada panel surya yang kerap terganggu saat hujan.

Akses internet pun baru tersedia pada 2025, setelah sebelumnya hanya mengandalkan Wi-Fi berbayar.

Bahkan, sampai sekarang Rabiyati masih terus beradaptasi dengan kondisi sekolah dan murid-muridnya.

Baca juga: Wali Kota Eri Cahyadi Bentuk Satgas MBG di Surabaya, Jalankan Arahan Presiden Prabowo

"Awal saya datang ke sini, saya sudah diwanti-wanti jangan kaget dengan kelakuan mereka (murid-murid di Barunang). Tapi, sekarang mereka sudah lumayan tertib," ujarnya.

Di balik semua keterbatasan, ada hal yang membuatnya bangga.

Bidang kesenian justru menjadi keunggulan SMP Negeri 4 Kapuas Tengah.

Murid-muridnya berhasil menorehkan prestasi dalam lomba karungut, tari, pramuka, hingga permainan tradisional.

Namun, di bidang akademik, mereka masih tertinggal.

Baca juga: Kepsek SD Bantah Ancam Wali Murid karena Protes soal Beli LKS Rp 140 Ribu: Guru Tidak Boleh Dendam

"Itu karena keterbatasan guru, motivasi anak, dan dukungan orang tua untuk kegiatan belajar mengajar masih kurang," kata Rabiyati.

Untungnya, ada sedikit dukungan dari sektor swasta.

Pama Group membantu menyediakan fasilitas sekolah, rumah dinas, pelatihan guru, hingga program daur ulang sampah.

Perjuangan Rabiyati di Barunang menyisakan pertanyaan penting.

Bagaimana pemerintah bisa mendukung kehidupan guru di perbatasan? Dan sejauh mana sektor swasta bisa ikut serta memajukan pendidikan di wilayah terpencil?

Baca juga: Polisi Kembalikan 39 Buku dari Tersangka Kerusuhan di Jatim, Tujuan Menyita untuk Penyelidikan

Sementara itu, jika dihitung-hitung pemberian gaji para guru memang sangat timpang dengan gaji bulanan yang didapatkan anggota DPR.

Tunjangan anggota DPR RI disebut-sebut totalannya mencapai Rp100 juta.

Angka fantastis tersebut berbanding jauh dengan kondisi guru honorer di pelosok Indonesia yang gajinya jauh dari layak.

Penghasilan anggota DPR RI yang dianggap banyak orang kinerjanya minim hasil malah jauh lebih besar dibanding sosok guru yang tugasnya mencerdaskan bangsa.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved