Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pengakuan Bos Shell Soal Penjualan BBM di SPBU Swasta, Alasan Belum Mengimpor dari Pertamina Dikuak

Situasi tersebut sebenaranya sudah coba Shell antisipasi. Telah mengajukan permohonan kuota impor tambahan ke Kementerian ESDM sejak Juni 2025.

Editor: Torik Aqua
TribunJatim.com/Anggit Puji Widodo
STOK - Pelayanan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell di Jalan Kapten P. Tendean No. 127, Pulo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Senin (22/9/2025). Bos Shell singgung soal kondisi stok SPBU. 

TRIBUNJATIM.COM - President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengeluhkan soal stok Bahan Bakar Minyak (BBM) Shell di Indonesia.

Kondisi stoknya hampir seluruh SPBU sudah kehabisan BBM jenis bensin sejak Agustus lalu.

Total ada 200 SPBU Shell yang tersebar di Pulau Jawa.

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) adalah tempat resmi untuk menjual dan mengisi bahan bakar minyak (BBM) bagi kendaraan bermotor, biasanya dikelola oleh perusahaan negara atau swasta.
 
Baca juga: SPBU Shell Pasang Layanan Pijat Refleksi, Karyawan Sebut Ada Pelanggan Datang: Kalau Laki Agak Risih

Hal itu dia sampaikan saat rapat bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

"Kalau dilihat sampai saat ini kami hanya menjual diesel, tetapi kalau untuk BBM jenis bensin bisa dikatakan hampir seluruh dari SPBU kami sudah mengalami situasi stock out," kata Ingrid.

Ingrid menjelaskan, saat ini hanya tersisa sekitar 5 SPBU Shell yang masih menjual BBM bensin.

"Saat ini yang ada mungkin tidak ada sampai 10, hanya sekitar 5 SPBU yang kalau kami melihat besok malam mungkin juga sudah habis," ujar Ingrid.

"Jadi, memang kami benar-benar mengalami stock out, kelangkaan, untuk BBM jenis bensin," jelasnya.

Situasi tersebut sebenaranya sudah coba Shell antisipasi.

Ia mengatakan telah mengajukan permohonan kuota impor tambahan ke Kementerian ESDM sejak Juni 2025.

Permohonan itu diajukan karena mereka melihat adanya kenaikan permintaan terhadap BBM mereka.

Namun, Shell baru menerima tanggapan resmi melalui surat Wakil Menteri ESDM pada 17 Juli 2025.

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa ada pembatasan kegiatan impor.

"Surat tersebut mengatakan bahwa impor saat ini dibatasi hanya 10 persen di atas penjualan dari tahun 2024," ucap Ingrid.

Menindaklanjuti hal tersebut, Shell melakukan serangkaian rapat koordinasi dengan Kementerian ESDM.

Koordinasi itu juga termasuk pertemuan dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pada 19 September.

Dalam pertemuan dengan Bahlil, dihasilkan keputusan terkait penyediaan BBM dalam bentuk base fuel oleh Pertamina Patra Niaga.

Base fuel adalah BBM murni yang belum dicampur dengan zat aditif dan warna.

"Saat ini kami masih dalam pembahasan B2B (business-to-business) sesuai dengan anjuran dari Bapak Menteri terkait pasokan impor base fuel saat ini sedang berlangsung," kata Ingrid.

Dalam kesempatan sama, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar turut menjelaskan alasan Shell belum mengimpor BBM melalui mereka.

Menurut Achmad, negosiasi bersama Shell masih buntu karena ada birokrasi interal di badan usaha SPBU swasta tersebut.

"Tidak bisa melakukan, meneruskan negosiasi ini, dikarenakan ada birokrasi internal yang harus ditempuh," kata Achmad.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved