Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

MBG Sebaiknya Dilaksanakan oleh Kantin Sekolah, Guru Besar UGM Kuak Faktor Penyebab Keracunan

Kantin sekolah bisa menghidangkan makanan yang fresh dan langsung diterima oleh siswa. Masalah baru itu termasuk kasus keracunan yang terjadi.

Editor: Torik Aqua
dok. KOMPAS TV
KANTIN - Ilustrasi MBG - Siswa SD di Purbalingga tampak antusias menikmati menu makan bergizi gratis. Guru besar UGM menilai MBG seharusnya bisa ditangani oleh kantin sekolah. 

TRIBUNJATIM.COM - Masalah yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebaiknya diminimalisir melalui penanganan dari kantin sekolah.

Terlebih, kantin sekolah bisa menghidangkan makanan yang fresh dan langsung diterima oleh siswa.

Masalah baru itu termasuk kasus keracunan yang terjadi di sejumlah daerah.

Tak hanya itu, faktor keracunan MBG juga ada faktor dari panjangnya rantai pengantaran.

 Baca juga: Sikap Pemkot dan Polres Batu Agar Kasus Keracunan MBG di SMPN Tak Terulang Lagi

Program MBG ini merupakan gagasan Presiden Prabowo dan sudah berjalan selama 10 bulan. Program MBG bertujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas gizi anak Indonesia terutama anak yang berasal dari golongan yang kurang.

Namun kenyataannya justru lain, makanan kurang variatif dan kurang memenuhi gizi.

Guru Besar Departemen Manajemen FEB UGM (Universitas Gadjah Mada) Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A berpendapat, belajar dari pengalaman di negara maju, Makan Bergizi Gratis atau MBG sejatinya merupakan ide yang bagus.

Program ini sesungguhnya memberikan banyak manfaat, pertama setidaknya bertujuan memperbaiki gizi anak di usia pertumbuhan melalui asupan yang cukup.

Manfaat program MBG

Kedua, membangun kohesi sosial karena anak mendapatkan makanan yang sama, dan harapannya akan tumbuh empati dan kepedulian sosial.

Ketiga, melalui program ini memberi pelajaran anak berperilaku tertib saat mengantri mengambil makanan, dan membersihkan makanan.

Keempat, anak tumbuh sikap bertanggung jawab untuk mengambil secukupnya, dan bertanggung jawab untuk tidak membuang-buang makanan.

Kelima, memberikan multiplier effect pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan, dan keenam, terciptanya lapangan kerja serta mencegah urbanisasi.

“Tantangannya di implementasi, persoalan muncul bukan pada ide besar, tetapi pada delivery mechanism sehingga belakangan ini muncul pandangan negatif dan berbagai kasus keracunan muncul,” ujar Agus Sartono dikutip dari laman UGM, Senin (6/10/2025).

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved