Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

3 Tahun Dedi dan Ajeng Tinggali Gubuk Bambu dan Tidur di Kasur Lusuh, Jual Sapu Lidi Rp3500 Per Ikat

Inilah kisah pasangan suami istri atau pasutri yang tinggal di gubuk bambu.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/PUTRA RAMADHANI ASTYAWAN KONTRIBUTOR BOGOR
WARGA HIDUP MISKIN - Penampakan gubuk yang ditinggali warga di Kampung Sukajadi, RT 02 RW 01, Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Kamis (9/10/2025). Gubuk itu kemasukan air jika hujan turun. Hanya ada satu lemari pakaian dan kasur lusuh sebagai perabotan. 

Jika tidak ada pekerjaan, ia mengambil pelepah sawit di kebun untuk dijadikan sapu lidi oleh istrinya.

Dalam sehari, Ajeng mampu membuat sekitar 10 ikat sapu lidi yang dijual kepada pengepul seharga Rp 3.500 per ikat.

"Kalau dari bangunan itu Rp 120 ribu sehari, kalau lagi ada (pekerjaan). Kalau lagi gak ada, bikin sapu lidi istri yang ngerjain di rumah, saya yang ngambil (pelepah sawit)," tuturnya.

Baca juga: Pantas Ayah dan Anak Cuma Minum Air Putih, Beras Habis dan Tinggal di Gubuk Reyot, Tak Dapat Bantuan

Dedi mengaku belum pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah, hanya memiliki BPJS Kesehatan PBI untuk menutupi biaya kesehatan.

Ia berharap agar ke depannya dapat memiliki tempat tinggal yang layak untuk keluarganya.

Di lokasi yang sama, Ketua RW 01, Sofian Hadi menyatakan, perangkat lingkungan telah berupaya maksimal untuk mengajukan program pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

"Bukan gak berupaya, dari awal sudah sangat berupaya karena memang belum ada tanggapan mungkin. Belum waktunya mungkin," ungkap Sofian.

Sofian menambahkan, masih ada beberapa warga lainnya yang membutuhkan perhatian dari pemerintah.

Beberapa sudah mendapatkan penanganan, namun masih banyak yang belum tersentuh.

"Kemarin-kemarin sudah didata ulang lagi sama RT, sudah diajukan sama teman-teman untuk melihat kondisi langsung. Alhamdulillah mungkin sekarang sudah ada tanggapan," pungkasnya.

Sementara itu di Kabupaten Sukabumi, masih ada warga yang tidak bisa menikmati aliran listrik.

Salah satunya pasangan suami istri Misjo dan Teti, yang tinggal di sebuah gubuk sederhana di tengah kebun di Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak.

Sehari-hari, gubuk reyot dengan bilik bambu itu hanya diterangi cahaya redup lampu minyak tanah saat malam.

Untuk memasak, Teti harus berhadapan dengan asap pekat dari tungku kayu bakar karena mereka tak memiliki kompor gas.

“Ceritanya tinggal di sini ngebon, terus tanam singkong, enggak ada lagi. Di sini bertiga (dengan satu anak), dulu rumah di atas, sekarang tinggal di sini sambil ngebun,” ujar Misjo dikutip dari Tribun Jabar, Rabu (3/9/2025).

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved