Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sadar Diomeli di TikTok, Purbaya Janjikan Solusi Jitu Buat Pedagang Thrifting: Industri Mati

Purbaya meyakini, hasil dari program bersih-bersih impor pakaian ilegal tersebut akan berdampak baik.

Penulis: Alga | Editor: Alga W
TikTok/purbayayudhis
THRIFTING - Menkeu Purbaya sidak impor baju bekas ilegal di Tempat Penimbunan Pabean di Cikarang, Jawa Barat pada Jumat (31/10/2025). Ia sadar dirinya diomeli pedagang baju bekas (thrifting). 

TRIBUNJATIM.COM - Para pengusaha pakaian bekas (thrifting) ramai mengkritik kebijakan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di media sosial TikTok.

Purbaya sendiri sadar dirinya ramai dikritik pedagang thrifting.

Baca juga: Siswi SMA Nekat Jual Foto Tak Senonoh ke Guru Seharga Rp30 Ribu, Pemerhati Ungkap Banyak Kasus HIV

Ia mengaku kerap memantau respons masyarakat atas kebijakannya di aplikasi yang populer di kalangan warga tersebut.

Dalam Rapat Kerja (Raker) Komite IV DPD RI di Senayan, Jakarta, Senin (3/11/2025), Purbaya mengungkap solusi yang disiapkannya untuk para pedagang thrifting.

Ia meyakini, hasil program bersih-bersih impor pakaian ilegal tersebut akan berdampak baik tak hanya bagi para pedahang, tapi juga industri garmen secara keseluruhan.

Dari pantauannya di TikTok, Purbaya menyadari banyak pedagang thrifting yang menggantungkan hidupnya dari menjajakan pakaian bekas.

Thrifting pun sudah menjadi budaya tersendiri bagi anak muda yang menjadi pasar besarnya.

"Saya juga monitor TikTok Bu untuk ngelihat apa sih respons masyarakat," kata Purbaya, melansir Tribun Jakarta.

"Rupanya banyak juga pedagang itu yang hidup dari situ ya. Pedagang thrifting marah-marah sama saya," tuturnya.

"Katanya, 'Oh, ini salah, harusnya dikasih harga' gitu-gitu," imbuh Purbaya.

Menteri bergelar doktor bidang ekonomi dari Purdue University itu pun menjelaskan tujuan kebijakannya menutup impor pakaian bekas berupa ballpress tersebut.

Yakni agar industri tekstil dan garmen domestik tumbuh.

Bagi Purbaya, para pedagang thrifting hanya mencari keuntungan jangka pendek.

Sebab, imbas merebaknya thrifting adalah matinya industri yang lebih besar.

"Cuma gini, itu mereka mencari keuntungan jangka pendek aja dia untung, tapi industri mati," jelasnya.

Purbaya lantas menjanjikan solusi jitu dengan membuat peraturan yang mengutamakan pengembangan industri pakaian dari dalam negeri.

Sehingga para pedagang thirfting bisa beralih menjajakan hasil karya anak negeri kelak.

Tak hanya itu, dampaknya bisa lebih besar.

Industri lokal yang hidup akan membuka lapangan kerja dan menggairahkan daya beli masyarakat, sehingga para pedagang akan semakin cuan.

"Kalau saya ubah aja jadi barang-barang dalam negeri aja dengan peraturan yang pas ya, dia bisa dagang itu nanti pelan-pelan."

"Industri hidup dan nanti lapangan kerja lebih hidup. Dia juga mungkin bisa usaha yang lain dengan ada yang beli."

"Karena daya beli masyarakat kita bagus, ketika banyak kerjaan di mana-mana," papar Purbaya.

Baca juga: Aksi Pria Nekat Bergelantungan di Kabel SUTET Jadi Sorotan Warga, Polisi: Cari Perhatian Saja Dia

Kondisi para pedagang thrifting

Koordinator pedagang thrifting Pasar Senen, Rifai Silalahi, mengungkapkan bahwa para pedagang kini benar-benar was-was.

Pasalnya, mereka mulai sulit mendapatkan stok pakaian impor yang menjadi sumber utama dagangan mereka.

"Sekarang stok makin sedikit. Dua bulan terakhir sudah mulai susah karena ada penindakan dari Dirjen Pajak," kata Rifai saat ditemui di Pasar Senen Blok III, Sabtu (1/11/2025).

Rifai mengatakan, mayoritas pakaian impor bekas ini dikirim dari Korea dan Jepang.

Namun, dengan kian sulitnya mendapatkan stok dagangan, para pedagang saat ini hanya menjual stok yang tersisa.

Rifai memperkirakan stok milik pedagang hanya akan bertahan hingga akhir Desember 2025.

"Kalau ditambah lagi larangan dari Menkeu, paling lama stok cuma bertahan sampai bulan depan," ujar Rifai.

LARANGAN BAJU BEKAS - Suasana Pasar Senen, salah satu kawasan baju bekas impor melimpah di Kawasan Jakarta Pusat, Rabu (8/3/2023). Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang berencana mendenda pelaku impor pakaian bekas lalu menjualnya di dalam negeri.
Suasana Pasar Senen, salah satu kawasan baju bekas impor melimpah di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (8/3/2023). Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berencana mendenda pelaku impor pakaian bekas yang lalu menjualnya di dalam negeri. (KOMPAS.com/RIZKY SYAHRIAL)

Menurut Rifai, pernyataan Purbaya yang dianggap menekan importir dan menarget pemberantasan pakaian bekas impor, justru berpotensi mematikan ribuan usaha kecil.

Di Pasar Senen saja, tercatat lebih dari 1.500 pedagang yang menggantungkan hidup dari bisnis thrifting.

Keberadaan para pedagang thrifting ini yang membuat Pasar Senen masih ramai pengunjung.

"Reaksi kami itu khawatir, karena pernyataan Pak Purbaya seperti mau mencekik importir dan memberantas thrifting."

"Padahal usaha ini sudah lama kami jalani. Kalau ditutup, kami enggak tahu mau usaha apa," tegasnya.

Ia menilai, pemerintah seharusnya tidak hanya membuat kebijakan pelarangan, tetapi juga menyediakan solusi nyata bagi para pelaku usaha kecil yang terdampak.

"Kita enggak menolak aturan, tapi tolong dikasih jalan keluar."

"Kalau dilarang total tanpa solusi, ribuan orang kehilangan mata pencaharian," ujarnya.

Baca juga: Gegara Sering Unggah Foto Narsis di Facebook, Istri Babak Belur Dihajar Suami, Rebutan Handphone

Di Surabaya, para pedagang baju bekas ikut kena imbasnya.

Krai (26), salah satu pedagang yang ditemui di TEC Tunjungan, Surabaya, mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut dapat mematikan usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi penopang roda ekonomi.

"Ya mungkin bagi negara ada manfaatnya, tapi kan buat kita pedagang kecil bisa-bisa mati, padahal UMKM sendiri kan juga salah satu penyokong ekonomi," kata Krai, Jumat (31/10/2025), melansir dari Kompas.com.

Ia juga mengaku mulai merasakan adanya pembatasan dari supplier thrifting yang berdampak signifikan pada penjualannya.

"Sekarang supplier itu banyak yang mundur, kan itu pengaruh sekali ke penjualan saya. Kalau item barangnya itu-itu saja, pembeli juga semakin malas datang," ujarnya.

Krai bahkan terpaksa menjual barang yang tidak laku dengan harga obral atau digratiskan setelah beberapa bulan.

Suasana penjualan thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025). Para pedagang mengaku kini sulit mendapatkann kiriman pakaian impor dan membuat mereka hanya menjual stok yang tersisa.
Suasana penjualan thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025). Para pedagang mengaku kini sulit mendapatkann kiriman pakaian impor dan membuat mereka hanya menjual stok yang tersisa. (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Pedagang lain, Adida (40), juga merasakan cemas terhadap kebijakan ini karena thrifting merupakan satu-satunya sumber penghasilannya.

"Ya takut, Mbak, apalagi jualan thrifting ini kan satu-satunya pekerjaan saya," ungkap Adida.

Ia mencatat adanya kenaikan harga barang thrifting hingga dua kali lipat sejak pertengahan tahun 2025.

"Jadi misalnya baju satu bal, kalau sebelumnya Rp3 juta sampai Rp4 juta sekarang bisa Rp6 juta sampai Rp7 juta," jelasnya.

Adida menambahkan bahwa banyak pelanggan yang enggan membeli produk thrifting di atas harga Rp100.000.

"Barang saya dijual antara Rp50.000 sampai Rp150.000, itu pun kadang masih ditawar lagi sama customer," ujarnya.

Ia juga mengeluhkan dampak dari perkembangan toko online yang menawarkan harga lebih murah.

Sehingga mengurangi minat pembeli terhadap barang thrifting.

Pedagang lainnya, Roy (30) menilai, usaha pakaian bekas merupakan cara masyarakat kecil bertahan hidup di tengah kesulitan ekonomi.

"Kami hidup kan dari sini, kalau usaha kami dibatasi terus kami makan dari mana?" ucapnya.

Ia berharap pemerintah memberikan penjelasan yang jelas mengenai alasan pelarangan impor serta solusi bagi para pedagang kecil.

"Kalau ada kebijakan, harus ada solusi, itu yang kami minta," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved