Berita Viral
Guru Tampar Siswa Nangis Takut Salah Didik, Diminta Ganti Rugi Rp150.000, Gubernur Siapkan Pengacara
Mendengar ucapan Gubernur, Rana menangis dan mengaku takut dan serba salah mendidik siswanya.
Ringkasan Berita:
- Guru SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Rana Saputra, menangis takut salah didik usai menampar seorang siswa berinisial ZR (16) karena ketahuan loncat pagar yang baru selesai dibangun.
- Ia mengaku dimintai uang ganti rugi Rp150 ribu sebagai ganti biaya visum siswanya usai ditampar.
TRIBUNJATIM.COM - Guru SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Rana Saputra menampar seorang siswa berinisial ZR (16) karena ketahuan loncat pagar yang baru selesai dibangun.
Ia mengaku dimintai uang ganti rugi Rp150 ribu, sebagai ganti biaya visum siswanya usai ditampar.
Baca juga: Diminta Bayar Rp600 Ribu, Wali Murid Keluhkan Rencana Kegiatan Ziarah, Kepsek: Program Rutin
Mengetahui hal itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, pasang badan.
Ia tak mengizinkan Rana memberikan uang ganti rugi tersebut.
Bahkan, orang nomor satu di Jawa Barat tersebut akan menyiapkan pengacara untuk membantu Rana.
Melansir Tribunnews.com, diketahui, permasalahan bermula saat orang tua ZR yang tak terima anaknya ditampar Rana.
Ia kemudian mendatangi sekolah hingga ketegangan terjadi antara ZR dengan Rana di sekolah.
Orang tua ZR lantas merekam dan mengunggahnya di media sosial hingga viral.
Di sekolah, ZR ternyata dikenal sebagai anak yang bermasalah.
Meski sudah beberapa kali dibina, namun tabiat ZR tak berubah.
Adapun pelanggaran yang dilakukan ZR di antaranya merokok di sekolah hingga berkelahi.
Terakhir, ZR meloncat dari pagar yang baru selesai dibangun, diduga hendak membolos sekolah.
Aksi tersebut akhirnya membuat Rana geram hingga berujung menampar ZR.
Meski begitu, Rana telah mengakui kesalahannya di depan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ia juga telah meminta maaf kepada orang tua ZR, setelah pihak sekolah menggelar mediasi, Selasa (4/11/2025).
Namun, malam hari setelah mediasi, ia tiba-tiba dihubungi oleh orang tua ZR yang masih meminta penyelesaian secara kekeluargaan, meski telah ada kesepakatan damai sebelumnya.
"Tiba-tiba malam saya ditelepon, ini kasus sebelum naik ke Polres kita selesaikan dulu dengan kekeluargaan (setelah video viral)," kata Rana, dikutip dari tayangan di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis (6/11/2025).
Setelahnya, Rana diperlihatkan surat visum yang dilakukan ZR dan kwitansi tertera nominal Rp150 ribu.
Padahal, setelah penamparan, ZR tak mengalami kondisi memar atau terluka.
"Memperlihatkan surat visum, di kwitansi Rp150 ribu. Sehat, anaknya langsung sekolah lagi besoknya, tidak (memar)."
"Saya juga punya takaran ini anak pantasnya segini (ditampar ringan). Ujung-ujungnya minta diganti uang pengobatan," ungkap Rana.
Rana pun bersedia mengganti uang pengobatan Rana.
Ia dan orang tua ZR bahkan telah bersepakat membuat surat perjanjian.
"Saya ganti uang pengobatan kalau memang berobat, tetapi kalau yang lain-lainnya, saya siap mengganti sesuai dengan kemampuan saya," terangnya.
Rana lantas menunjukkan surat perjanjian tersebut kepada Dedi Mulyadi.
"Cuma belum ditanda tangan, ini hasil kesepakatan berdua," ucap Rana kepada Dedi Mulyadi.
Baca juga: Gelagat Sugiri Sancoko sebelum Terjaring OTT KPK, Sindir Soal Sogokan saat Mutasi 138 Pejabat Pemkab
Dedi Mulyadi lantas melihat isi perjanjian tersebut dan meminta Rana untuk tidak memberikan ganti rugi.
Menurutnya, jika setiap siswa yang akan dididik di sekolah, kemudian guru selalu menghadapi permasalahan harus ganti rugi materil maupun formil, hal itu akan berdampak pada cara mendidik.
"Ini bukan urusan perjanjiannya, ini adalah urusan esensi pendidikan. Kalau setiap siswa yang akan dididik oleh gurunya, kemudian gurunya selalu menghadapi harus ganti rugi, baik materil maupun formil nanti guru akan cuek semuanya pada muridnya."
"Enggak usah (ganti rugi). Jadi nanti kalau murid yang bandel-bandel itu nanti gurunya enggak berani melakukan tindakan dan melakukan pembiaran," beber Dedi Mulyadi.
Mendengar hal itu, Rana menangis.
Ia mengaku takut dan serba salah mendidik siswanya.
"Saya jadi takut pak, jadi serba salah. kalau saya mau cari aman enak-enak aja, tapi saya panggilan jiwa," ucapnya menahan tangis.
Kendati demikian, Dedi Mulyadi mengapresiasi kinerja Rana.
"Bagi saya Bapak bagus, cuma mungkin tindakan yang dianggap melanggar dalam tanda kutip menampar itu," kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi juga meminta agar Rana tidak memusingkan perjanjian ganti rugi tersebut.
Ia menyinggung soal surat pernyataan yang menyatakan orang tua menaati peraturan di sekolah anaknya, apabila melanggar akan dikembalikan kepada orang tua.
Dedi Mulyadi juga akan menyiapkan pengacara untuk Rana apabila kasus ini akhirnya dibawa ke ranah hukum.
"Ya udah nanti kita pakai itu, kita beradu, saya akan dampingi bapak, saya siapin pengacara," tandas Dedi Mulyadi.
Baca juga: Prabowo Bantah Dikendalikan Jokowi, Pengamat Justru Sebut Hubungan Retak: Adanya Tekanan
Kedua pihak telah dipanggil ke Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
Wali murid bernama Deni Rukmana (38) menerangkan, anaknya, ZR, menjadi salah satu dari delapan siswa yang ditampar Rana Saputra.
Awalnya, Deni hanya mempertanyakan alasan anaknya ditampar, tettapi respons dari guru membuat emosinya naik.
"Saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja."
"Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Subang, Heri Sopandi, menyatakan ada kesalahpahaman antara kedua pihak sehingga dilakukan mediasi.
"Pada akhirnya, semua pihak sepakat bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga orang tua," bebernya, dikutip dari TribunJabar.id.
Ia menambahkan, guru yang melakukan penamparan tidak disanksi.
Proses pembelajaran di SMPN 2 Jalancagak juga kembali normal setelah kedua pihak berdamai.
"Informasi terakhir, anak tetap melanjutkan sekolah seperti biasa. Ini hanya kesalahpahaman."
"Guru juga manusia, orang tua juga punya emosi. Kadang terjadi spontanitas," jelas Heri.
Pihaknya meminta kasus ini dijadikan pelajaran agar wali murid dan guru dapat bekerja sama memberi pendidikan terbaik untuk siswa.
"Kalau ada masalah, komunikasikan. Sekolah dan rumah harus saling menguatkan," pungkas Heri.
| 3 Nama dan Angka Tertulis di Senjata Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta, Dicek Mainan |
|
|---|
| Terungkap Penyebab Kebakaran Ponpes di Aceh, Ustaz Bantah Santri Pemicunya, Motif Bullying? |
|
|---|
| Derita Fatimah Cacat Seumur Hidup Karena Jalan Rusak yang Tak Kunjung Diperbaiki, Bupati Diam |
|
|---|
| Hukuman untuk Dalang Sebenarnya Warung Bakso di Solo Dilabeli Non Halal, Wali Kota Sampai Minta Maaf |
|
|---|
| Daftar Keluhan Pengunjung Warung Seafood usai Bayar Makan Rp 16 Juta, Termasuk PPN 10 Persen |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Rana-Saputra-menampar-siswa-bermasalah-dimintai-uang-ganti-rugi-Rp150-ribu.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.