Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kata Purbaya soal Utang Whoosh, Sebut Mending Tak Bayar: Tapi Kan Ada Kebijakan Presiden

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memiliki pendapat tersendiri terkait bayar utang Whoosh.

Dokumen Facebook Tribun Video
UTANG WHOOSH - Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan pendapatnya terkait utang Whoosh. Menurutnya lebih baik tidak dibayar namun ada kebijakan Presiden. Ia mengaku tetap akan mengikuti arahan Presiden Prabowo Subianto terkait penyelesaian utang Whoosh, Jumat (14/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewo berpendapat tak ingin Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dipakai untuk membayar utang Whoosh.
  • Terkait utang Whoosh, pembahasan saat ini cenderung mengarah pada pembagian peran bersama antara pemerintah dengan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.

 

TRIBUNJATIM.COM - Polemik pembayaran utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh masih menjadi perbincangan.

Terbaru, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memiliki pendapat tersendiri terkait bayar utang Whoosh.

Pernyataannya ini kemudian ramai disoroti.

Purbaya berpendapat tak ingin Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dipakai untuk membayar utang Whoosh.

Namun ia tetap akan mengikuti arahan Presiden Prabowo Subianto terkait penyelesaian utang Whoosh.

“Kalau saya mending enggak bayar, tapi itu kan ada kebijakan dari atas, Presiden dan lain-lain, berdiskusi. Tapi, ini belum diputuskan,” kata Purbaya dalam taklimat media di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (14/11/2025), dikutip dari kompas.tv.

Baca juga: Purbaya Diajak ke China untuk Bahas Cara Bayar Utang Whoosh: Biar Tahu Diskusinya Apa

Pembagian Peran

Purbaya mengatakan pembahasan saat ini cenderung mengarah pada pembagian peran bersama antara pemerintah dengan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.

Kata dia, Kemenkeu bakal menanggung bagian proyek infrastruktur, seperti jalan maupun rel.

Sedangkan bagian lain, seperti urusan rolling stock, bukan menjadi tanggungan Kemenkeu.

Akan tetapi belum ada keputusan final terhadap pembahasan itu.

“Rolling stock mereka yang menanggung. Tapi, saya belum mendapat kesimpulan. Maka saya bilang kalau nanti mereka diskusi ke sana, saya ikut. Saya mau lihat, jangan sampai saya rugi-rugi amat. Tapi kita lihat yang terbaik buat keuangan negara,” ucap Purbaya dikutip dari Antara.

Sebelumnya, Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria menyebut Danantara bersama pemerintah akan berbagi peran dalam menangani utang Whoosh secara terukur.

Sebagaimana dijelaskan Presiden Prabowo, Whoosh telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan perekonomian, sehingga langkah penanganan utang tersebut menjadi bagian dari upaya menjaga keberlanjutan layanan transportasi modern tersebut.

Nantinya Danantara akan fokus pada aspek operasional Whoosh agar layanan transportasi ini semakin optimal, efisien, dan mampu menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat di wilayah Jakarta-Bandung dan sekitarnya.

Sementara pemerintah akan berperan dalam pengelolaan dan penguatan infrastruktur yang mendukung jalannya layanan kereta cepat tersebut.

Danantara berharap layanan Whoosh semakin diminati masyarakat, sekaligus menjaga keberlanjutan operasional yang efisien dan profesional.

Baca juga: Sadar Diomeli di TikTok, Purbaya Janjikan Solusi Jitu Buat Pedagang Thrifting: Industri Mati

PURBAYA - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025).
PURBAYA - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025). (Dok Biro Pers Sekretariat Presiden)

Rincian Utang Whoosh

Merangkum pemberitaan Kompas.com, jumlah investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung menembus sekitar 7,27 miliar dollar AS atau Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500).

Dari total investasi tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB), dengan bunga sebesar 2 persen per tahun.

Utang pembangunan Whoosh dilakukan dengan skema bunga tetap (fixed) selama 40 tahun pertama.

Bunga utang KCJB ini jauh lebih tinggi dari proposal Jepang yang pada 2015 menawarkan bunga 0,1 persen per tahun.

Namun dalam perjalanannya, karena PT KCIC kewalahan membayar besarnya utang pokok dan bunga tersebut.

Danantara dan CDB pun kini tengah melakukan negosiasi restrukturisasi supaya cicilan lebih rendah. 

Beberapa opsi muncul, salah satunya tenor utang lebih lama yakni 60 tahun.

Baca juga: Prabowo Minta Masyarakat Tak Ribut Masalah Kereta Cepat: Saya Sekarang Tanggung Jawab Whoosh

Sebagian besar pembiayaan proyek Whoosh memang ditopang dari pinjaman CDB, ditambah penyertaan modal pemerintah lewat APBN, serta kontribusi ekuitas konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan China sesuai porsi sahamnya masing-masing di KCIC.

Selain itu, total investasi tersebut sudah menghitung tambahan biaya akibat pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai 1,2 miliar dollar AS, di mana 60 persen tambahan biaya untuk menutup cost overrun ditutup dari utang baru.

Sisanya berasal dari patungan modal BUMN Indonesia dan pihak China yang menggarap proyek ini. Namun untuk bunga utang tambahan lebih tinggi, yakni di atas 3 persen per tahun.

Sementara sisa Cost overrun itu ditanggung oleh kedua belah pihak, di mana 60 persen ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan 40 persen ditanggung oleh konsorsium perusahaan China yang terlibat di proyek KCJB.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved