Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ladang Uang Warga dari Kolong Tol Becakayu, Berawal dari Masa Sulit dan Satu Orang Anggota TNI

Siapa yang menyangka kolong tol Becakayu menghasilkan uang bagi warga sekitar karena lahan ribuan hektar yang dimanfaatkan.

Penulis: Ignatia | Editor: Ignatia Andra
KOMPAS.com/Febryan Kevin
KOLONG JEMBATAN TOL - PPSU sedang melakukan pembersihan lahan pertanian perkotaan di kolong tol Becakayu, Kamis (20/11/2025). Warga sekitar ternyata bisa mendapatkan cuan dari ladang yang difungsikan di bawah jalan tol 

Melihat hasil panen yang mulai datang, pemerintah mengajak kelompok PKK untuk membantu menyalurkan jual-beli sebelum lahirnya program Pasar Tumbuh gagasan Wali Kota Jaktim, Munjirin.

Di tengah hamparan tanaman yang tumbuh subur, ada sosok Heru Setiawan (46), petugas PPSU yang menjaga sebagian area tanam dengan sabar dan tenaga yang semakin terkikis usia.

Ia tak lagi mampu menyiram dari ujung ke ujung setiap hari.

Namun alam memberinya jalan lain yakni air hujan.

“Kalau perawatannya khusus untuk yang di tempatku ya, di tempatku ini kebetulan aku memang memanfaatkan air hujan,” katanya.

Sambil tertawa kecil ia menuturkan alasannya.

“Karena mungkin di sini aku yang agak tua, umur usia. Karena memang dari ujung ke ujung itu aku nggak mampu.”

Dari keringat dan irigasi alam itu, rezeki perlahan datang.

Heru pernah membawa pisang tanduk dan pisang kepok dari kebun, masing-masing empat tandan, untuk dijual di Pasar Tumbuh dan kegiatan PKK.

“Jadi kami bawa itu, pisang itu, pisang tanduk, ada empat tandan. Terus pisang kepok itu juga sama, ada empat tandan. Jadi, alhamdulillah kita duluan, kurang lebih dapet Rp 500.000,” tuturnya.

Satu tandan pisang dihargai Rp 50.000–Rp 60.000, dan pisang menjadi primadona Cipinang Melayu.

“Pisang itu aja kurang lebih ada sekitar 15 jenis pisang, mulai dari pisang tanduk, tanduk aja saja beberapa jeni, terus kepok itu ada kepok kuning, kepok putih, banyak,” jelasnya.

Aliran dana keuntungan

Semua hasil penjualan tidak dinikmati pribadi.

Era memastikan semuanya dikembalikan menjadi modal untuk bibit dan pupuk.

“Jadi kami itu hasil penjualan, itu biasanya kami masukkan dalam kas urban farming khusus untuk beli bibit dan biaya pupuk,” ujarnya. Meski KPKP ikut menyuplai kebutuhan tanam, beberapa keperluan tetap harus dipenuhi secara swadaya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved