Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Tiap Hari Siswa SD Naik KRL Sendirian Jam 4 Pagi hingga Pihak Sekolah Cemas, Ibu Tak Mau Pindahkan

Tengah viral di media sosial sosok siswa SD tiap hari sekolah naik KRL jam 4 pagi. Alasannya terungkap.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
Instagram @jabodetabek24info
SISWA NAIK KRL - Seorang siswa SD di Duren Sawit harus berangkat sekolah sendiri menggunakan KRL sejak subuh dari Tangerang hingga pihak sekolah cemas. Kondisi terbarunya terungkap. 
Ringkasan Berita:
  • Video siswa SD berangkat sekolah naik KRL sendirian jam 4 pagi viral di media sosial
  • Terungkap siswa SD itu melakukan hal tersebut
  • Solusi pihak sekolah agar siswa SD tersebut tak perlau melakukannya lagi

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial sosok siswa SD tiap hari sekolah naik KRL jam 4 pagi.

Siswa itu tinggal di Tangerang, Banten sedangkan sekolahnya berada di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Video siswa SD itu awalnya diunggah akun Instagram @Jabodetabek24info.

Dalam video, tampak siswa berseragam SD menaiki KRL dari Tangerang menuju Stasiun Klender pada waktu subuh untuk berangkat sekolah.

Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) Pendidikan Duren Sawit, Farida Farhah, mengonfirmasi peristiwa tersebut.

Rupanya, anak tersebut akhirnya bersedia tinggal sementara di rumah temannya, yang dekat sekolah agar perjalanan hariannya tidak lagi terlalu berat.

"Orangtuanya kan tetap berada di Tangerang ya, ibunya tetap berada di Tangerang sementara dia tinggal sama temannya di situ. Penilaian anak-anak ya, dia kehilangan ibunya, tidak sehari-hari dengan ibunya gitu,” ujar Farida, Sabtu (22/11/2025), melansir dari Kompas.com.

Anak tersebut awalnya tinggal dekat sekolah, namun setelah ibunya yang seorang orangtua tunggal pindah ke Tangerang karena pekerjaan, ia tetap melanjutkan sekolah di tempat lama.

“Orangtuanya memang dulu tinggal dekat sekolah. Setelah pindah, anaknya tetap bersekolah di sana. Itu yang disampaikan pihak sekolah kepada kami,” kata Farida.

Baca juga: Tiap Hari Murid Tambrauw Nyebur Sungai untuk Sekolah karena Tak Ada Jembatan, Terpaksa Tinggal Ujian

Tolak Pindah Sekolah

Baik sang anak maupun ibunya sempat menolak pindah sekolah.

“Orangtuanya juga sudah disarankan untuk pindah, tapi tidak mau juga orangtuanya untuk pindah. Sama dengan anaknya, karena merasa sudah nyaman dan tidak berkeberatan terkait dengan keberangkatan anak tersebut dari pagi," jelas Farida.

Farida menambahkan, perjalanan yang panjang itu ternyata tidak menjadi keluhan bagi anak tersebut.

"Anaknya merasa sudah nyaman dan tidak keberatan terkait dengan keberangkatan anak tersebut dari pagi dengan perjalanan yang segitu panjangnya. Anaknya merasa juga enjoy juga gitu kan," ungkapnya.

Meski awalnya menolak tawaran untuk tinggal dekat sekolah karena enggan berpisah dari ibunya, sang anak akhirnya bersedia menerima solusi sementara ini.

Sekolah bersama keluarga teman sang anak terus melakukan pendekatan hingga ia setuju.

“Saat ini dia sudah mau. Senin besok dia sudah berada di Duren Sawit, di wilayah Klender, bersama temannya laki-laki, di rumah temannya laki-laki, diurus oleh orangtua temannya,” kata Farida.

Baca juga: Nasib 4 Sekolah Swasta Ditutup Pemkab Padahal Sudah Puluhan Tahun Berdiri, Tak Ada Murid Sama Sekali

Keputusan ini diambil untuk menjaga kesehatan dan keselamatannya, mengingat ia harus berangkat sejak subuh tanpa alat komunikasi pribadi.

“Kalau dari sana itu dilepas sama ibunya sendiri, dia menitipkan sama penjaga di stasiun kereta. Jadi masuk sampai JakLingko aman, terus turunnya juga aman,” tambah Farida.

"Perlu kami jaga juga nih anak begitu. Jangan sampai juga ada apa-apa di jalan," lanjutnya.

Rencana untuk memindahkan sang anak ke sekolah yang lebih dekat baru dapat diproses setelah pembagian rapor semester pada pertengahan Desember 2025.

Hingga proses tersebut berjalan, ia akan tetap tinggal di rumah temannya di Duren Sawit.

Sementara itu, potret miris terlihat di Kampung Waumi, Kampung Ajam, dan Kampung Waripi, Distrik Manekar, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya.

Para murid di sana harus seberangi sungai tiap hari untuk pergi ke sekolah.

Mereka yang merupakan murid sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA) kesulitan pergi ke sekolah akibat tidak adanya jembatan penyeberangan.

Mereka harus menuju distrik lain, seperti Kebar untuk bersekolah karena belum ada fasilitas pendidikan di daerah mereka.

Untuk menuju distrik lain, satu satunya akses warga yakni menyeberangi dan nyebur ke Kali Api.

Saat curah hujan tinggi, para pelajar kesulitan menyeberangi kali.

"Kami terpaksa membuka sepatu dan melipat celana panjang hingga lutut kalau melintas di Kali Api Kebar," kata salah satu pelajar SMA Negeri Kebar Kabupaten Tambrauw, Yohanis Ajam, Kamis (20/11/2025).

Baca juga: Viral Video Siswa SD Nganjuk Nyeker di Jalan Berlumpur, Bupati Marhaen Langsung Terjun ke Lokasi

Jarak permukiman warga di tiga kampung tersebut ke sekolah di Distrik Mawabuan dan Distrik Kebar sekitar satu kilometer.

Karena akses yang sulit, sebagian pelajar kadang batal pergi ke sekolah.

Mereka ada terpaksa meninggalkan ujian.

Yohanis berharap, kondisi akses yang sulit tersebut mendapat perhatian pemerintah.

"Kami berharap ada perhatian pemerintah untuk membangun jembatan supaya kami tidak sulit lagi menyeberang kali," kata dia, seperti dilansir TribunJatim.com dari Kompas.com.

Wakil Gubernur Papua Barat Daya, Ahmad Nasrau, saat dikonfirmasi wartawan mengatakan bahwa masalah ini akan menjadi perhatian bagi pemerintah provinsi Papua Barat Daya.

"Iya, itu akan jadi atensi bagi kami," ucap Ahmad Nasrau.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved