Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Buaya Raksasa Tidak Mau Makan Sebelum Mati, Warga Syok Ketika Bedah Isi Perutnya

Seekor buaya raksasa ditemukan dalam kondisi mati karena benda yang tak bisa dicerna di perutnya, warga kaget membuka perutnya.

Penulis: Ignatia | Editor: Ignatia Andra
KOMPAS.COM/DPKP Kabupaten Inhil
BUAYA MATI - Buaya raksasa yang ditangkap warga di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, pada Jumat (31/10/2025). Warga syok ketika melihat isi perutnya usai dibelek. 
Ringkasan Berita:
  • Seekor buaya mati dengan kondisi memprihatinkan padahal tubuhnya sangat besar
  • Warga kaget ketika menyaksikan perut buaya dibelek
  • Pecahan televisi, berbagai kantong plastik ada di sana
  • Tidak ada kerangka manusia di dalam perut buaya

 


TRIBUNJATIM.COM - 
Warga dibuat syok tak menyangka ketika membelek bagian perut seekor buaya raksasa yang mati.

Dugaan sementara menyebutkan bahwa buaya tersebut mati lantaran isi perutnya yang tak bisa dicerna.

Apa sebenarnya yang dialami buaya di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, tersebut?

Mati menelan televisi

Seekor buaya raksasa yang ditangkap warga di Desa Sungai Undan, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, akhirnya mati.

Penangkapan buaya itu dilakukan warga pada Jumat, 31 Oktober 2025. Setelah sempat dirawat, buaya itu mati pada Kamis (20/11/2025).

Bangkai buaya tersebut tidak dikuburkan, tetapi dikirim ke Jakarta untuk diawetkan.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kabupaten Inhil, Junaidi mengatakan, bangkai buaya itu diminta oleh sebuah lembaga konservasi di bawah Binaan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan di Jakarta.

"Buaya raksasa itu memiliki berat 585 kilogram dan panjang 5,7 meter. Dikirim ke Jakarta untuk preparasi dan diawetkan. Itu permintaan lembaga tersebut. Dikirim pakai mobil boks berpendingin supaya tidak busuk. Bangkai buaya dibalut dengan plastik," kata Junaidi saat diwawancarai wartawan di Indragiri Hilir, Minggu (23/11/2025), dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, Senin (24/11/2025).

Baca juga: Respons Bupati Lumajang Soal Ratusan Warga Terdampak Erupsi Semeru Pilih Mengungsi di Rumah Kerabat

Warga belek perutnya

Sebelum dikirim ke Jakarta, sebut dia, bangkai buaya tersebut sempat dibedah untuk mengeluarkan isi dalam perutnya.

Ternyata, isi dalam perut hewan buas dilindungi itu sangat mengejutkan.

Junaidi menyebut, benda-benda yang ditemukan seperti kantong plastik, karung goni, pisau kecil, tutup botol plastik, dan ada juga mata tombak.

"Kantong plastik ada 20 buah kami temukan dalam perut buaya. Ada juga pisau kecil dengan gagangnya dan ada pecahan tabung televisi. Semuanya masih utuh, karena tidak bisa dicerna oleh buaya," ungkap Junaidi.

Namun, dia menyatakan tidak ditemukan tulang belulang manusia di perut buaya itu.

Baca juga: Tertibkan Aksi Balap Liar di Nganjuk, Polisi Amankan Belasan Kendaraan Tak Sesuai Spesifikasi

"Tidak ada. Cuma benda-benda yang masih utuh itu saja. Kita sangat terkejut saat menemukan benda-benda tersebut," kata Junaidi.

Buaya tersebut sempat tidak mau makan sebelum mati.

Hal itu diduga akibat dampak benda yang tak tercerna di perut buaya.

Penangkapan buaya ini sempat menghebohkan warga, karena ukurannya yang sangat besar.

Selama ditempatkan di tempat penangkaran, warga sempat ramai datang melihat.

Cepatnya pertumbuhan buaya

Menurut pertumbuhan, perkembangan tubuh buaya memang sangat cepat dan drastis.

Pengalaman itu pernah dibagikan seseorang beberapa waktu lalu.

Nekat membawa pulang buaya yang dulunya seukuran kadal, Riadi warga Kabupaten Blitar kini dibuat syok.

Pasalnya, buaya yang dulunya terlihat kecil sekarang sudah tak lagi kecil.

Buaya yang dipelihara kini menjadi semakin besar membuat Riadi, warga Desa Salam, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar kini ketakutan.

Dahulu, ia memelihara hewan itu saat masih seukuran kadal, namun kini sudah tumbuh sepanjang 3 meter.

Riadi memelihara buaya di samping rumah sejak sekitar delapan tahun lalu.

Keberadaan buaya tersebut tidak hanya mengganggu Riadi, tetapi juga membuat resah warga sekitar yang mendesak agar buaya itu segera dipindahkan dari desa mereka.

Kepala Desa Salam, Kurniawan Zuhri, menjelaskan bahwa Riadi awalnya tidak menyangka buaya peliharaannya akan tumbuh sebesar sekarang.

“Ceritanya dulu waktu dibawa ke sini mungkin masih seukuran kadal. Mungkin dulu bawanya juga dari Papua pakai botol aqua karena masih bayi,” ungkap Kurniawan saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (2/6/2025) sore.

Keresahan baik dari pemilik maupun warga sekitar sebenarnya sudah muncul sejak dua hingga tiga tahun lalu.

Kurniawan menyebutkan bahwa Riadi dan warga sekitar telah mendesaknya untuk mengambil langkah guna memindahkan buaya berbahaya itu.

Baca juga: Demi Pantau Jukir Liar di Minimarket, Wali Kota Menyamar Jadi Pengemudi Taksi Online & Driver Ojol

Dia mengaku telah melaporkan situasi ini ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang telah melakukan dua kali kunjungan ke lokasi.

Namun, tidak ada tindak lanjut dari BKSDA hingga Kurniawan kembali menghubungi mereka pekan lalu dan mendapatkan informasi bahwa BKSDA tidak lagi berwenang menangani satwa liar.

Dihubungi terpisah, Kasi Pemadam dan Penyelamatan pada Unit Damkar Kabupaten Blitar, Tedy Prasojo, menegaskan bahwa keberadaan buaya tersebut membawa risiko tinggi bagi keselamatan warga.

“Ukuran kandang buaya lebih kecil dibandingkan ukuran buaya,” ujar Tedy.

Ilustrasi buaya yang kini semakin besar
Ilustrasi buaya yang kini semakin besar (Tribunjateng.com)

Ia menjelaskan, kandang buaya tersebut hanya berukuran sekitar 2,5 meter x 1 meter, sedangkan buaya telah tumbuh panjang sekitar tiga meter.

“Waktu tadi saya cek ke lokasi, posisi ekor dan kepala buaya itu sampai harus ditekuk karena ukuran kandangnya terlalu kecil,” tambahnya.

Tedy juga menyoroti kekuatan dinding kandang yang dinilai terlalu ringkih, dengan ketebalan hanya sekitar tujuh cm.

“Betul. Buayanya kalau sampai berontak mestinya tidak sulit menjebol dinding kandang,” ujarnya.

Meski telah menerima laporan mengenai buaya tersebut, Tedy mengaku pihaknya tidak dapat berbuat banyak karena tidak memiliki peralatan memadai untuk memindahkan buaya besar.

 “Kami tidak punya alat untuk membius satwa besar seperti itu.

Dan kami tidak berani kalau tidak dibius lebih dulu. Pasti akan membahayakan teman-teman,” tuturnya.

 Saat ini, Tedy menyampaikan bahwa pihaknya telah melaporkan keberadaan buaya yang jenisnya belum diketahui itu ke Tim SAR Surabaya.

 “Informasinya, pihak buaya itu akan ditangani BKSDL Surabaya,” ujarnya merujuk pada pihak yang berwenang menangani satwa liar.

Baca juga: Mengeluh Sakit Kepala dan Sesak Napas, Jemaah Haji Asal Kabupaten Malang Meninggal Dunia

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved