Padahal ia hidup sebatang kara dan tinggal di rumah kecil yang jauh dari kata layak, penghasilannya satu-satunya dari ngojol.
Siswi SMA disebut menangis karena tidak mampu membayar tarif parkir sebesar Rp3 ribu.
Berutung, persoalan kini sudah diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak ada korban luka-luka dalam kejadian tersebut.
Dedi membantah tudingan bohong dalam video yang diunggah di akun Instagramnya, @dedimulyadi71, Senin (21/7/2025).
Ketua RW meminta pertanggungjawaban secara kekeluargaan kepada siapapun yang menjadi pelaku atas insiden tabrak lari.
Pengemudi mobil mengungkapkan kekecewaan atas kondisi jalan berlubang dan rusak parah dengan nada sindiran tajam.
Kerugian negara sementara ditaksir mencapai lebih dari Rp80 miliar, tidak menutup kemungkinan bisa sampai ratusan miliar.
Suami juga dikabarkan menuntut pengembalian uang panai sebesar Rp50 juta beserta emas seberat 8 gram.
Anggota DPRD berinisial S tersebut tertangkap main judi domino di pinggir jalan, sempat ngaku kuli gabah.
Warga ini mengaku bingung karena tidak ada perubahan kebiasaan maupun penambahan alat elektronik yang bisa melonjakkan pemakaian listrik.
Para pekerja sektor pariwisata menggelar aksi demonstrasi minta Dedi Mulyadi cabut larangan study tour.
Sang orang tua murid mengaku sempat merasa takut ketika kasusnya viral di media sosial.
Polisi masih menyelidiki penyebab tragedi pesta rakyat maut di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Tanpa uang di saku, ia memantapkan niatnya bertemu Dedi Mulyadi dan menempuh 350 kilometer.
Pengakuan guru Fisika yang diduga membuat siswa SMA mengakhiri hidup membuat ayah korban makin emosi.
Zuhdi yang telah mengabdi sebagai pengajar selama lebih dari 30 tahun ini hanya menerima gaji Rp450.000 yang dibayar setiap empat bulan sekali.
Dea dan keluarganya tinggal di rumah sederhana di pesisir pantai Bali di tengah keterbatasan ekonomi.
Ucapan berbeda disampaikan Dedi Mulyadi soal pesta rakyat maut di Garut sebelum dan sesudah kejadian.
Korban mengalami pelecehan seksual dan pencabulan yang dilakukan oleh pelaku, hingga kesakitan pada organ intimnya.
Warga menganggap kepemimpinan sang Kades tidak transparan dalam mengelola dana desa (DD).