Batik Meru Betiri dan Budidaya Semut Rangrang Cita-cita Warga Wonoasri Jember
untuk mewujudkan cita-cita memberdayakan masyarakat Desa Wonoasri,Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Inisiatif mulia yang diprakarsai oleh The Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Universitas Jember dan Taman Nasional Meru Betiri, patut diberi apresiasi tinggi.
Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat melalui produksi Batik Meru Betiri dan Budidaya Semut Rangrang menjadi sebuah representasi untuk mewujudkan cita-cita memberdayakan masyarakat Desa Wonoasri,Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember untuk menjadi lebih lebih baik.
Dikenal sebagai batik baru di Kabupaten Jember, produksi Batik Meru Betiri yang diproduksi sanggar Batik Warna Alam Kehati Meru Betiri ini terus menunjukkan tren perkembangan. Selaras dengan tingginya antusias dari para ibu rumah tangga di Desa Wonoasri.
Baca: Tampilkan Filosofi Meru Betiri, Inilah Batik Baru Kabupaten Jember
Sukmini Wardani selaku anggota sanggar sekaligus designer batik Meru Betiri, merasa mengaku sangat bangga dengan pencapaian hasil karya menunjukkan gairah produksi yang tinggi.
"Produksi batik ini sangat membantu finansial ibu-ibu. Paling tidak ada masukan untuk mereka," ujar Sukmini saat ditemui di Rumah Produksi Batik di Jalan Majapahit Gg 8 RT 8 RW 4 Kraton Wonoasri, Jember, (1/4/2018).
Batik Meru Betiri memiliki nilai seni tinggi dan dari segi bahan baku terbuat dari bahan-bahan alami yang ramah lingkungan, maka dari itu batik ini memiliki nilai jual tinggi mulai Rp 150.000 sampai dengan Rp 450.000.
"Tidak pernah menyangka sebelumnya goresan saya bisa terjual. Intinya saling melengkapi, karena goresan saya tidak ada artinya tanpa tangan ibu-ibu dan tim pewarna," katanya riang.
Tak hanya batik Meru Betiri,Budidaya Semut Rangrang atau Angrang menjelma menjadi profesi sampingan yang cukup prospektif secara ekonomi bagi masyarakat Desa Wonoasri, Kabupaten Jember.
Budidaya tersebut menghasilkan kroto sebagai pakan burung berkicau.
Baca: Ditemukan Cacing dalam Produk Ikan Makarel Kaleng, MUI Tak akan Cabut Label Halal
Perawatan dalam budidaya ini relatif mudah dan sederhana. Untuk pakan, cukup dengan memberikan belalang, jangkrik, tulang ayam, ikan dan air gula. Sehingga mudah dibudidayakan.
Wachju Subchan selaku ketua ICCTF Universitas Jember turut terjun ke lapangan dengan menanyakan perkembangan budidaya semut rangrang kepada peternak (1/4/2018).
Pihaknya juga memberikan evaluasi mengenai perawatan dan memberikan dukungan terhadap warga agar supaya telaten dalam merawat budidaya semut rangrang tersebut.
"Kata kuncinya telaten, harapannya kedepan masyarakat bisa melihat kisah sukses salah satu budidaya dan masyarakat lain mengikuti" terang Wachju.