Sebut Teror Bom di Surabaya Cuma Pengalihan Isu, Wanita di Kalbar Diciduk Polisi
Ribuan netizen meramaikan medsos dengan kecaman untuk para penyebar teror di Surabaya dan Sidoarjo. namun beberapa orang tampaknya kurang percaya.
TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Aksi bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo sukses menyita perhatian publik.
Ribuan netizen turut meramaikan media sosial dengan kecaman untuk para teroris serta doa untuk para korban.
Namun sejumlah di antaranya ada juga yang masih tidak percaya akan kebenaran peristiwa ini dan menyebutnya pengalihan isu pemerintah.
Akibatnya, seorang perempuan berinisial FSA pun diciduk polisi akibat tindakan ini.
(Sudah Ucapkan Selamat Tinggal pada Everton, Nasib Wayne Rooney Diputuskan dalam 48 Jam ke Depan)
(25 Orang Tewas dan 57 Luka Akibat Bom Bunuh Diri di Surabaya dan Sidoarjo, ini Data Lengkapnya)
Kabid Humas Polda Kalimantan Barat, Kombes Pol Nanang Purnomo membenarkan bahwa FSA telah diamankan dari sebuah rumah kos, Jl Sungai Mengkuang, Desa Pangkalan Buton, Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat.
"Ya, benar. Kami amankan yang bersangkutan," ujar Nanang, ketika konfirmasi, Senin (14/5/2018).
Nanang menyebut FSA tengah diperiksa oleh petugas.
Nantinya kasus ini akan diserahkan penyidik Polres Kayong Utara kepada Polda Kalimantan Barat.
Dari tangan FSA, polisi menyita satu unit ponsel Samsung J3.
FSA pun terancam jerat Pasal 28 ayat 2 UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Saat ini yang bersangkutan masih diperiksa. Kasusnya akan ditangani Polda Kalbar," kata Nanang.
(Gara-gara Bom Bunuh Diri, Laga Persebaya Surabaya Vs Persib Bandung Ditunda)
(Termasuk Neymar, Berikut Daftar 23 Pemain Timnas Brasil yang Diboyong untuk Piala Dunia 2018)
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)," imbuhnya.
Sebelumnya, FSA ditangkap pada Minggu (13/5/2018) pukul 16.00 WIB oleh personel Satuan Reskrim Polres Kayong Utara.
Dalam akun Facebook-nya, FSA menulis status analisisnya, yaitu tragedi bom Surabaya adalah rekayasa pemerintah.
"Sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui. Sekali ngebom: 1. Nama Islam dibuat tercoreng ; 2. Dana trilyunan anti teror cair; 3. Isu 2019 ganti presiden tenggelam. Sadis lu bong... Rakyat sendiri lu hantam juga. Dosa besar lu..!!!" tulis FSA, sebagaimana dikutip dari akun Facebook FSA.