Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Wakadensus 88 Sebut Ada Tiga Sektor Utama Sasaran Paham Radikalisme dan Terorisme

Wakadensus 88, Brigjen Pol Martinus Hukom mengatakan, upaya radikalisme dan terorisme perlu mendapat perhatian khusus.

Penulis: Samsul Arifin | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM/SAMSUL ARIFIN
Wakadensus 88 Brigjen Pol Martinus Hukom saat memberikan materi dalam seminar bertajuk 'Terrorism Threat on Asean Region', di Convention Center Universitas Airlangga Surabaya, Rabu (21/11/2018). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Syamsul Arifin

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wakadensus 88, Brigjen Pol Martinus Hukom mengatakan, upaya radikalisme dan terorisme perlu mendapat perhatian khusus.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pemateri dalam seminar bertajuk 'Terrorism Threat on Asean Region', di Convention Center Universitas Airlangga Surabaya, Rabu (21/11/2018).

Lebih lanjut, dia menjelaskan, upaya radikalisme sekarang ini sudah menyasar berbagai sektor.

Kondisi Bripka A, Polisi yang Diserang Orang Tak Dikenal di Lamongan telah Membaik usai Operasi Mata

Sebelum Menyerang Polisi di Lamongan, ER Mantan Anggota Polri Besuk Napi Teroris Kelompok Abu Roban

Ada tiga sektor utama yang menjadi sasaran penyebaran radikalisme di Indonesia, yaitu pendidikan, lapas dan buku atau buletin.

"Di kampus, masjid kampus, musala kampus, juga menjadi sarang radikalisme. Bahkan dulu Isis mendeklarasikan diri di salah satu kampus di Jakarta," terangnya, Rabu (21/11/2018).

Kemudian penyusupan paham radikal juga terjadi di penjara.

Usai Transaksi Sabu di Gubeng Surabaya, Pria Asal Prambon Sidoarjo Dibekuk Polisi

Antisipasi Praktik Penyalahgunaan Narkoba, Polresta Sidoarjo Gelar Tes Urine Mendadak untuk Anggota

Dia menerangkan, memang pada awalnya napi yang masuk merupakan kriminal, tapi tanpa tendensi khusus sebagai radikal.

"Awalnya dia kriminal, terus mendapat paham itu di penjara, kemudian melakukan penyerangan. Ya, itu seperti penyerangan yang terjadi di Lamongan kemarin," sebutnya.

Selain itu, menurutnya penyebaran paham radikalisme juga bergantung pada sumber informasi yang diterima masyarakat.

Cegah Flek Melasma di Wajah ala Clariskin Clinic, Bisa Coba Treatment Derma Cell hingga Skin Booster

Dikenal Pendiam, Pria di Banjarsari Trucuk Bojonegoro Ditemukan Tewas Gantung Diri

Hukom menuturkan, ada kesenjangan masyarakat dalam mengakses buku dan sumber informasi.

Buku berisikan radikalitas umumnya sangat gampang dijumpai, murah, bahkan gratis.

"Mirisnya ada kesenjangan informasi di masyarakat, dimana buku moderat dijual dengan harga mahal, sedangkan buku radikal gampang ditemukan, dan berharga murah. Bahkan saat ini arah penulis pun sudah berubah, penulis moderat berfokus pada keuntungan, sedangkan para pembuat buletin atau buku radikal berfokus pada penyebaran paham," jelasnya.

Tradisi Keresan, Cara Warga Desa Mangelo Sooko Mojokerto Sambut Maulid Nabi Muhammad

Kuasa Hukum Mustafa Kemal Pasha Nilai Keterangan Mantan Wakil Bupati Malang Tidak Sesuai Fakta

Menanggapi hal itu, dia juga berpesan kepada masyarakat, khususnya peserta seminar untuk tetap berhati-hati dalam menerima informasi serta tidak mudah tersulut konflik.

"Kita harus tetap waspada dengan penyusupan paham. Serta mari kita jaga, jangan sampai terjadi konflik di sekitar kita," tutupnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved